Ilustrasi sekumpulan mahasiswa sedang menghabiskan waktu bersama. Sumber: 123rf.com
Tepat pada 3 September tahun ini, merupakan sepuluh tahun sejak saya menjadi mahasiswa baru dan mulai mengenal daerah bernama Ciputat. Saya masih mengingat tanggal tersebut karena menjadi mahasiswa adalah hal yang berkesan bagi saya sampai saat ini. Betapa tidak, dari sana saya bisa mendapatkan pengalaman dan teman-teman baru. Masa transisi saya sangat terasa saat itu, dari bocah SMA yang tinggal bersama orang tua menjadi mahasiswa dan anak kos yang segalanya harus diatur secara mandiri. Awalnya memang masih khawatir tentang keberlangsungan hidup saya di tempat kos, tetapi secara perlahan ternyata saya bisa menjalaninya dengan lancar sampai lulus kuliah.
Kumpulan esai dari George Orwell tentang "kebenaran" ini ditulis ketika masa perang dunia kedua. Lantas, membacanya saat ini ketika perang muncul kembali antara Rusia dan Ukraina, menjadi daya tarik tersendiri.
Membaca buku autobiografi Gary Neville berjudul Red: My Autobiography ketika Manchester United sedang mengalami performa yang kurang maksimal di musim 2021/22, menjadi bacaan yang membuat saya mengingat masa-masa kejayaan tim berjuluk Setan Merah di bawah kepemimpinan Sir Alex Ferguson.
Sebelumnya, X-Men: Days of Future Past sudah pernah saya tonton dalam bentuk film. Sedangkan, ini adalah versi novelnya yang saya rasa berbeda dari tokoh-tokoh dan jalan cerita di dalamnya. Di sini, tokoh utamanya adalah Kate Pryde yang hidup terpenjara di masa depan dengan para mutan yang tersisa karena yang lainnya telah dibasmi oleh para Sentinel. Dari kejadian tersebut, mereka berusaha untuk mengubah masa lalu sehingga kondisi yang mereka lalui saat ini tidak terjadi. Mereka memutuskan bahwa Kate yang menjadi wakil untuk menjelajah masa lalu. Dengan kekuatan Rachel Summers, Kate pun berhasil kembali ke masa lalu saat ia masih berumur tiga belas tahun.
Setelah pada Juli 2021 saya menyelesaikan Marvel's Spider-Man: Hostile Takeover, saya pun membaca novel selanjutnya yang berjudul Wings of Fury (Spider-Man: Miles Morales) sebulan kemudian tetapi baru memberikan ulasannya sekarang. Namun, karena kisah ini berdasarkan game Playstation 4, jadi supaya saya bisa nyambung dengan kisahnya, saya pun harus menyaksikan terlebih dahulu game Spider-Man (2018) di YouTube. Kenapa di YouTube? Tentu saja, karena saya belum punya dan belum ada rencana untuk membeli konsol Playstation 4 atau 5.
Kembali ke novel, jadi ini adalah prequel dari game Spider-Man: Miles Morales (2020) dan ditulis oleh Brittney Morris. Lalu, tanpa menceritakan keseluruhan isi novel, jalan cerita di dalamnya sama sekali tidak merusak elemen jalan cerita utama di game-nya. Jadi tak perlu khawatir, ini bukan novelisasi game dan ceritanya memang benar-benar terpisah.
Bagaimana jika seekor ayam ternak memiliki mimpi bahwa ia bisa keluar bebas dan bisa mengerami telurnya sendiri tanpa diambil oleh pemiliknya untuk dijual?
Inilah yang dirasakan Daun—nama ayam betina di dalam cerita—yang menjadi tokoh utama di novel berjudul The Hen Who Dreamed She Could Fly karya Hwang Sun-mi. Daun sudah bosan karena selama hidupnya berada di kandang sempit miliknya, apalagi ia sering melihat kawanan bebek dan ayam halaman bisa bergerak bebas di luar. Selain itu, ia juga ingin telur-telurnya tidak hanya dikeluarkan dan lantas langsung dijual. Ia ingin merasakan menjadi seekor ayam yang bisa mengerami dan membesarkan anak ayamnya sendiri.
Buku berjudul Maybe You Should Talk to Someone ini membuat saya bisa memahami permasalahan manusia yang begitu kompleks dan tak jarang dapat memengaruhi mentalnya. Lori Gottlieb, sebagai penulis, menjelaskan pengalamannya ketika menjadi psikiater dan membantu pasiennya untuk menemukan jalan keluar dari permasalahan mereka; dan bahkan ketika Lori sendiri yang menjadi pasien dan menceritakan permasalahan kepada psikiater yang dirasa tepat untuknya. Jadi, psikiater bertemu psikiater? Tentu saja, karena mereka juga manusia yang membutuhkan pertolongan orang lain.
Buku berjudul Factfulness: Ten Reasons We're Wrong About The World - And Why Things Are Better Than You Think ini sangat menambah wawasan saya tentang bagaimana seharusnya saya memandang dunia. Di sini, Hans Rosling mencoba untuk meyakinkan pembacanya dengan sepuluh alasan yang ia sajikan bahwa pengetahuan umum tentang masalah-masalah yang terjadi di dunia ini banyak yang keliru. Dengan data dan grafik yang ia tampilkan, meskipun ia juga mengakui bahwa jangan terlalu terpaku dengan data yang sembarangan, ia menjelaskan bahwa sebenarnya dunia semakin hari semakin menuju ke arah yang lebih baik. Selain itu, ia juga sangat anti dengan label "orang barat" dengan yang bukan, seakan-akan hanya orang barat-lah yang menjadi masyarakat superior dan hidup dalam kemajuan.
Jika sebagian orang Indonesia merasa bahwa orang Kaukasia (bule) adalah ras superior dan merasa takjub ketika melihatnya, bahkan berpikir mereka memiliki banyak privilese, buku berjudul IchKomme aus Sewon dari Katharina Stögmüller ini bisa dibilang membantah pemikiran tersebut. Ia sendiri memiliki darah Austria (ayah) dan Indonesia (ibu) serta memiliki fisik seperti orang-orang Kaukasia Eropa pada umumnya.