Sumber gambar: favim.com
“Besok aku ingin ngomong sesuatu ke kamu tentang kelanjutan hubungan kita secara langsung.”
Kalimat tersebut disampaikan oleh Hessa lewat pesan WhatsApp. Saya langsung terkejut dan bingung tentang pernyataannya. Tak biasanya ia seperti itu, meskipun beberapa hari itu ia memang sudah menunjukkan sikap berbeda terhadap saya. Saya berpikir ini biasa dalam suatu hubungan berpacaran, nanti juga akan baik-baik lagi jika dibicarakan dengan tenang.
Itu terjadi pada malam hari ketika saya selesai bekerja dan sudah berada di KRL tujuan arah stasiun daerah rumah saya. Dengan pikiran yang masih lelah, saya mencoba berpikir bahwa ia hanya bercanda.
“Mau ngomong apa? Tumben kamu nge-chat seperti ingin mengakhiri hubungan aja. Hehehe. Kan bisa langsung di sini (baca: WhatsApp),” balas saya yang masih mencoba berpikir positif.
“Enggak mau, besok aja aku ngomongnya. Ini penting!”
“Oh gitu. Oke, besok malam aku usahain untuk ketemu, ya. Kan, tergantung tugasku di kantor sedang banyak atau enggak,” saya merespons seperti itu karena kami memang biasa bertemu pada akhir pekan. Kalaupun ingin bertemu di hari sibuk, saya harus melihat apakah tugas yang saya kerjakan di kantor sedang banyak atau tidak supaya kami bisa bertemu tidak terlalu malam.