Red: My Autobiography


Membaca buku autobiografi Gary Neville berjudul Red: My Autobiography ketika Manchester United sedang mengalami performa yang kurang maksimal di musim 2021/22, menjadi bacaan yang membuat saya mengingat masa-masa kejayaan tim berjuluk Setan Merah di bawah kepemimpinan Sir Alex Ferguson.

Gary Neville merupakan salah satu pemain yang dijuluki "Class of 92" di mana saat itu Manchester United mulai berproses menjadi tim yang disegani di Inggris dengan para pemain mudanya. Yang membuatnya lebih berkesan lagi adalah sejak kecil ia merupakan pendukung fanatik Manchester United, bahkan saat itu ketika Manchester United belum memenangi banyak trofi. Ketika masih sekolah, ia pun sering diejek oleh para pendukung Liverpool dan ia siap berargumen membela klub kebanggaannya. Lantas, ketika ia dan adiknya, Phil, berhasil menembus skuad utama di Manchester United, itu merupakan impian yang menjadi kenyataan.

Phil dan Gary Neville saat memegang trofi Liga Champions musim 1998/99 setelah mengalahkan Bayern Munich dengan skor 2-1.
(Sumber: manchestereveningnews.co.uk) 

Ketika bertanding di lapangan, ia merupakan salah satu pemain yang memiliki semangat juang tinggi, selain Eric Cantona dan Roy Keane. Jika kita masih ingat pada 2005 silam saat Manchester United bertanding melawan Arsenal di Highbury, kapten masing-masing tim--Vieira dan Roy Keane--pernah beradu argumen; dan di buku ini dijelaskan bahwa penyebabnya karena Vieira menyuruh sambil menyudutkan Gary supaya ia jangan bermain kasar kepada para pemain Arsenal seperti di pertandingan sebelumnya. Karena Gary tak mau didikte oleh pemain rival, ia pun membalas pernyataan tersebut dan segera memberi tahu Roy Keane. Lantas, perseteruan pun terjadi.

Perseteruan antara Roy Keane dan Patrick Vieira sebelum pertandingan di Highbury pada 2005.
(Sumber: sportbible.com)

Selain itu, Gary juga menceritakan pengalamannya ketika ia menjadi pemain di timnas Inggris. Kesan yang dirasakannya memang berbeda karena beberapa rakyat Inggris malah menyorakinya (dalam nada negatif) karena ia adalah pemain Manchester United. Apalagi, ketika timnas Inggris mengalami kekalahan di suatu kompetisi (seperti Piala Dunia atau Piala Eropa), para pendukungnya sering mencari "kambing hitam" sehingga pemain tersebut dicemooh habis-habisan ketika kembali ke negaranya, seperti yang terjadi kepada David Beckham pada Piala Dunia 1998. Sebagai teman dan rekan setim, Gary pun memberikan dukungan dan semangat kepada Beckham dari cemoohan yang diterimanya saat itu.

David Beckham dan Gary Neville saat masih membela timnas Inggris.
(Sumber: mirror.co.uk)

Menjelang akhir kariernya, Gary mengalami cidera berkepanjangan dan merasa sudah sulit untuk tetap bertanding sehingga ia pun memutuskan pensiun pada awal 2011.

***

Kisah hidup Gary Neville ini bisa menjadi nostalgia bagi pendukung Manchester United yang pernah menyaksikannya bermain. Tak mengherankan bahwa hasratnya dalam bermain sepak bola dan membela Manchester United begitu tinggi setelah kita mengetahui perjalanan hidupnya dari awal karier sampai pensiun.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.