Menghargai Diri Sendiri untuk Mendapatkan Cinta yang Dewasa

Sumber gambar: freepik.com

Sebelum bertemu dengan Hessa pada 2018 silam (dan akhirnya menjadi pacar saya), saya merupakan lelaki yang belum bisa berpikir secara matang dalam mendekati lawan jenis. Pada periode 2013 sampai 2017, saya pernah menyukai beberapa perempuan dan berharap salah satu dari mereka bisa menjadi pacar saya. Berbagai macam pendekatan saya lakukan, dari mulai mendapatkan perhatiannya dengan mengeluarkan candaan supaya ia bisa tertawa; sampai mengobrol secara intensif lewat WhatsApp atau Blackberry Messenger (BBM). Pengalaman tersebut pernah saya ceritakan di sini.

Namun, dari berbagai usaha tersebut, belum bisa membuat perempuan yang saya incar bisa suka kepada saya. Saya pun menyerah dan sadar diri. Ketika itu tahun 2017 dan saya telah lulus kuliah. Karena kisah cinta saya cukup menyedihkan, saya akhirnya berfokus untuk segera mendapatkan pekerjaan dan belajar untuk menghargai serta menyayangi diri sendiri terlebih dulu. Nah, di saat saya tidak terlalu kepengen banget mendapatkan seorang pacar, malah di sana ada jalan untuk saya bisa mendekati Hessa. Dari kejadian itu saya jadi memahami bahwa ketika ingin menyayangi orang lain, saya harus menyayangi diri sendiri terlebih dulu. Dengan begitu, rasa galau akibat cinta yang ditunjukkan ke orang yang disuka tidak berbalas, saya jadi bisa mengevaluasi diri dan berusaha untuk tidak terlalu bersedih.

Dari latar belakang tersebut, kali ini saya ingin menulis sebagai pengingat diri tentang usaha untuk mendapatkan cinta yang dewasa dari sudut pandang saya. Cinta yang dewasa, bagi saya, melampaui sekadar ketertarikan pada lawan jenis, melainkan sudah mencakup hubungan emosional yang mendalam; serta adanya kepercayaan dan kepedulian yang tulus dari satu sama lain. Dari pengalaman saya, untuk menemukan cinta yang dewasa, kita harus belajar menghargai diri sendiri terlebih dulu. Lantas, tulisan ini akan mengeksplorasi tentang pentingnya harga diri sebagai modal dasar untuk menarik dan menanamkan cinta yang dewasa dalam hidup kita.

1. Hubungan antara menghargai diri sendiri dengan cinta yang dewasa

Sebelum kita mengharapkan orang lain untuk mencintai dan menghargai kita, kita harus mencintai dan menghargai diri kita terlebih dulu. Prinsip dasar ini seharusnya menjadi landasan sebagai usaha kita untuk membina hubungan yang baik. Ketika kita sudah bisa merenungi nilai-nilai pada diri sendiri, kita pun bisa menunjukkan rasa percaya diri dan sikap positif yang akhirnya bisa menarik seseorang untuk bisa saling menghargai kualitas diri masing-masing.

2. Evaluasi dan penerimaan diri

Perjalanan hidup untuk menjadi diri sendiri yang lebih baik dimulai dengan mengevaluasi dan menerima diri sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan menggali jauh ke dalam pikiran, emosi, dan pengalaman untuk memahami siapa diri kita. Kesadaran yang muncul bisa membuat kita menerima kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Dengan begitu, kita jadi berusaha untuk tidak terlalu fokus kepada kekurangan kita, melainkan oleh potensi kelebihan yang kita punya untuk tumbuh menjadi lebih baik.

3. Menetapkan batasan

Ketika kita bisa menghargai diri sendiri, berarti kita sudah bisa menetapkan dan menjaga batasan yang sehat. Dalam hubungan apa pun, memang penting untuk membangun batasan dan melindungi kesejahteraan emosional dan fisik kita. Maksudnya, "batasan" di sini adalah kita menyadari bahwa kita pantas mendapatkan rasa hormat dan kebaikan dalam hubungan yang dijalani dan mulai mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan kita dengan jelas kepada pasangan. Sikap seperti ini membuat kita tidak akan lagi menoleransi perilaku yang arogan, merendahkan, atau abusif yang dilakukan oleh pasangan kita.

4. Merawat kesejahteraan diri

Dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri seperti dengan berolahraga, meditasi, memperdalam hobi, dan menjaga gaya hidup sehat, bisa menjadi bukti kepada orang lain bahwa kita telah memprioritaskan kesejahteraan diri kita. Dengan demikian, ini menjadi bukti bahwa kita memiliki kapasitas untuk mencintai dan peduli kepada orang lain (terutama pasangan kita).

5. Memupuk kepercayaan diri

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, saya merupakan pribadi yang sering kurang percaya diri. Namun, secara perlahan saya belajar untuk percaya diri dengan kemampuan yang saya miliki. Sebab, saya berpikir orang lain akan secara alami tertarik kepada sikap positif dan kepercayaan diri yang kita tampilkan. Dari sikap tersebut, diharapkan cinta yang dewasa tumbuh ketika kedua pasangan percaya pada diri sendiri dan satu sama lain, sehingga tidak ada saling merendahkan dan bisa saling mendukung kepada kegiatan atau aktivitas positif yang dilakukan.

6. Menerima ketidaksempurnaan

Bagi saya, cinta yang dewasa itu bukanlah dua orang sempurna yang bertemu satu sama lain; melainkan dua orang yang bisa memahami dan menerima ketidaksempurnaan masing-masing. Dengan mengakui ketidaksempurnaan yang kita miliki, kita jadi bisa melihat kekurangan pasangan sehingga saling mengisi dan melengkapi.

Cara agar cinta yang dewasa datang kepada kita

Rasa percaya diri yang kita miliki bukan hanya modal untuk membangun hubungan yang sehat tetapi juga sebagai usaha agar cinta yang dewasa datang kepada kita. Ketika kita membuktikan bahwa kita telah menghargai dan mencintai diri sendiri, kemungkinan besar dua sikap tersebut akan menjadi "magnet" bagi lawan jenis yang juga memiliki sikap yang sama seperti itu. Lantas, ketika kita merasa sudah cocok dengan seseorang tersebut, rasa suka yang muncul bukan hanya ketertarikan karena fisiknya, melainkan dari hubungan yang tulus dan nilai yang telah disepakati bersama.

1. Mengenali seseorang yang terindikasi "red flag" (berpotensi masalah)

Dengan memiliki sikap menghargai diri sendiri, ini adalah usaha kita untuk mengenali dan menghindari hubungan yang toksik. Kita pun jadi menyadari bahwa seseorang yang terindikasi "red flag" memang tidak sepatutnya untuk dijadikan pasangan. Atau, ketika ia baru menunjukkan sikap tersebut setelah menjadi pacar (seperti suka memukul atau mudah marah untuk menyelesaikan masalah), kita bisa segera menjauhinya dengan cepat, sehingga hubungan yang tidak sehat tersebut bisa dihentikan.

2. Membentuk komunikasi yang sehat

Menghargai diri sendiri juga dapat membentuk komunikasi yang sehat dalam sebuah hubungan. Dengan adanya kenyamanan dalam mengungkapkan masalah, kekhawatiran, dan hal-hal yang kita butuhkan secara efektif, dialog yang terbuka dan jujur pun akan terbentuk dengan pasangan kita. Hasilnya, ini membantu kita dan pasangan dalam memahami satu sama lain dan dapat menyelesaikan masalah.

3. Tumbuh bersama

Hubungan yang baik bukanlah hubungan yang stagnan, melainkan sebuah perjalanan untuk berproses bersama menjadi lebih baik dan saling mendukung satu sama lain. Ketika kita sudah berkomitmen dengan pasangan dan menunjukkan sikap saling menghargai, kita pun jadi bisa memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri.

***

Untuk menciptakan hubungan yang baik dengan pasangan, harus dimulai dengan menghargai diri sendiri terlebih dulu. Dengan usaha kita dalam proses mengevaluasi diri, menetapkan batasan yang sehat, merawat kesejahteraan di dalam diri, memupuk kepercayaan diri, dan menerima ketidaksempurnaan, adalah modal dasar untuk menanamkan cinta yang dewasa di dalam diri pribadi kita. Kemudian, supaya cinta yang dewasa juga datang kepada kita, cara yang bisa dilakukan adalah mengenali seseorang yang terindikasi "red flag", membentuk komunikasi yang sehat, dan tumbuh bersama.

Itu adalah cara yang selama ini saya lakukan berdasarkan pengalaman pribadi. Meskipun begitu, proses setiap orang dalam mendapatkan pasangan idamannya pasti berbeda-beda, sehingga apa yang saya jelaskan di atas hanya sedikit dari sekian banyak cara yang bisa dilakukan oleh kita. Dengan demikian, ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin, semoga cinta yang dewasa tetap terjaga dan kita pun bisa terus berproses menjadi lebih baik.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.