5 Hal Berkesan Ketika Masih Menjadi Mahasiswa

Ilustrasi sekumpulan mahasiswa sedang menghabiskan waktu bersama.
(Sumber: freepik.com)

Tepat pada 3 September tahun ini, merupakan sepuluh tahun sejak saya menjadi mahasiswa baru dan mulai mengenal daerah bernama Ciputat. Saya masih mengingat tanggal tersebut karena menjadi mahasiswa adalah hal yang berkesan bagi saya sampai saat ini. Betapa tidak, dari sana saya bisa mendapatkan pengalaman dan teman-teman baru. Masa transisi saya sangat terasa saat itu, dari bocah SMA yang tinggal bersama orang tua menjadi mahasiswa dan anak kos yang segalanya harus diatur secara mandiri. Awalnya memang masih khawatir tentang keberlangsungan hidup saya di tempat kos, tetapi secara perlahan ternyata saya bisa menjalaninya dengan lancar sampai lulus kuliah.

Sebelumnya, saya sudah cukup banyak menceritakan pengalaman menjadi mahasiswa atau ketika menjalani perkuliahan. Namun, untuk sekarang, saya ingin bernostalgia tentang hal-hal yang membuat masa kuliah saya jadi berkesan. Hal tersebut adalah bermain game Pro Evolution Soccer (PES) 2013, menonton Malam Minggu Miko, menjelajah tempat baru, pertemanan yang seru, dan status jomlo saya.

1. Bermain game Pro Evolution Soccer (PES) 2013

Cover PES 2013 yang menampilkan Cristiano Ronaldo sebagai bintangnya.
(Sumber: archive.org)

Pro Evolution Soccer (PES) 2013 bagi saya adalah game yang bisa mempersatukan saya dan teman-teman terdekat untuk menghabiskan waktu bersama, khususnya ketika berada di kamar kos saya. Kami bermain ketika menunggu masa jeda mata kuliah yang terkadang cukup lama atau ketika perkuliahan di hari tersebut telah usai. Lebih lanjut, pengalaman bermain PES pernah saya ceritakan di sini.

2. Malam Minggu Miko

Tiga tokoh utama di Malam Minggu Miko musim pertama: Rian (kiri), Miko (tengah), dan Mas Anca (kanan).
(Sumber: imdb.com)

Sebelum Raditya Dika memproduksi Malam Minggu Miko (MMM), saya mengenalnya sebagai penulis novel humor dan membuat masa-masa SMA saya penuh tawa setelah membacanya. Kemudian, pada September 2012, ia memiliki ide untuk membuat situasi komedi yang berbeda dari kebanyakan acara yang pernah tayang di Indonesia. Dengan tiga tokoh utama bernama Miko, Rian, dan Mas Anca di musim pertama dan Dovi yang menggantikan Rian di musim kedua, Radit memproduksi dua episode pertama secara mandiri lewat kanal YouTube-nya. Namun, setelah dirasa antusias penonton yang ramai, akhirnya MMM bekerja sama dengan Kompas TV.

Karena di kamar kos saya tidak ada televisi, saya pun menontonnya lewat YouTube. Tak disangka, ternyata MMM adalah tayangan favorit bagi saya dan teman-teman terdekat. Melalui laptop saya, kami pun menonton bersama sepulang kuliah. Tawa kami meledak ketika Miko, Mas Anca, Rian atau Dovi melakukan hal-hal konyol ketika menghadapi sebuah masalah, khususnya masalah asmara.

Lantas, ketika saya sudah lulus kuliah dan ingin bernostalgia, salah satu yang saya lakukan adalah menonton lagi MMM di YouTube.

3. Menjelajah tempat baru

Ilustrasi ketika menjelajahi tempat baru.
(Sumber: freepik.com)

Sebelum saya menjadi mahasiswa, saya sangat jarang pergi ke tempat wisata atau tempat lain yang dirasa baru. Kalaupun ada, itu berasal dari kegiatan sekolah, bukan karena direncanakan sendiri bersama teman-teman. Namun, sejak jadi mahasiswa, pengalaman saya mengunjungi tempat wisata atau tempat baru lainnya semakin meningkat, sebut saja seperti Kota Tua Jakarta, Dunia Fantasi (Ancol), Jungle Land (Bogor), dan Gunung Papandayan (Garut).

Setelah saya pikir, ternyata salah satu alasan saya bisa mudah pergi adalah karena saya indekos di Ciputat, Tangerang Selatan. Ya, selama saya tinggal di sana, akses perjalanan ke tempat-tempat strategis seperti Jakarta jadi sangat mudah. Ditambah, KRL yang sudah ditata rapi dan waktu perjalanan yang jelas. Karena sebelum tahun 2013, kereta yang tersedia di daerah rumah saya adalah kereta lokal yang suasananya masih rawan copet dan para penumpang yang suka membawa hasil perkebunan atau hewan ternak.

4. Pertemanan yang seru

Ilustrasi sebuah pertemanan.
(Sumber: freepik.com)

"Seperti memulai lagi lembaran baru dalam hidup". 

Begitulah yang saya rasakan ketika menjalani hari pertama perkuliahan. Karena jurusan yang saya pilih tidak ada teman dari SMA, maka saya harus berkenalan lagi dengan orang-orang baru. Cukup sulit pada awalnya karena saya adalah tipe orang yang kurang bisa memulai obrolan. 

Kelas yang saya tempati adalah kelas B dan saya bersyukur ternyata para penghuninya adalah mahasiswa-mahasiswa yang seru. Bahkan, pada dua bulan pertama di semester satu, kami bisa merencanakan untuk jalan-jalan bersama, yaitu ke Kota Tua Jakarta. Selain itu, pada Mei sampai awal Juni 2013 ketika merayakan ulang tahun jurusan kami, Sastra Inggris, dan mengikuti lomba-lomba yang diadakan, kelas kami ternyata mendapatkan juara pertama (dari tiga kelas) setelah diumumkan di akhir acara yang disebut Gala Night. Itu adalah salah satu momen berkesan bagi saya sampai saat ini. Saya pun pernah menceritakan pengalaman tersebut, khususnya di tahun pertama perkuliahan, di sini.

Oh iya, ada momen yang juga tak terlupakan di satu tahun pertama perkuliahan, yaitu ketika salah satu teman saya, Aliza, tanpa sadar memanggil senior kami (lelaki)--yang mengikuti mata kuliah susulan di kelas B--dengan panggilan "Dora" secara langsung di sampingnya. Panggilan tersebut sebenarnya adalah panggilan internal yang dibuat oleh kami--tanpa sepengetahuan si senior--karena melihat rambutnya yang memang bondol seperti tokoh Dora di Nickelodeon. Ya, saya jadi langsung ngakak setelah ucapan Aliza itu. Untungnya, si senior tidak sadar dengan panggilan tersebut dan mungkin ia bingung terhadap sikap saya yang tiba-tiba tertawa dan pindah ke kursi bagian belakang. Aliza yang menyadari ucapannya, mencoba tetap tenang supaya tidak terkesan ambigu. Belakangan setelah mata kuliah tersebut selesai saya, Aliza, Alfan, Deny, dan Padel--sebagai teman terdekat--membahasnya dengan puas di kamar kos saya. Saya pun masih suka tertawa setiap kali mengingat momen tersebut sampai saat ini.

Perkuliahan yang dijalani tanpa terasa sudah di semester enam, maka saat itu sudah ada pengumuman untuk membentuk kelompok kuliah kerja nyata (KKN). Setelah keluar-masuknya anggota karena masih mencari kelompok yang cocok, akhirnya terkumpullah delapan belas mahasiswa dari enam fakultas. Dari latar belakang yang berbeda itulah kami berusaha supaya bisa menyamakan pemikiran dalam menjalani aktivitas dan program kerja di desa yang kami pilih selama sebulan (1-31 Agustus 2015). Bersyukur, teman-teman KKN saya adalah tipe yang bisa diajak berdiskusi dengan baik dan tentunya ketika diajak bercanda, kami bisa "nyambung". Lebih lanjut, pengalaman seru tersebut pernah saya ceritakan di sini.

5. Status jomlo

Sebuah kutipan tentang status jomlo.
(Sumber: wishesmagazine.com)

Dalam hal asmara di masa kuliah, bisa dikatakan saya kurang beruntung. Setelah saya putus dengan pacar saya yang saat itu masih SMA, saya cukup sulit untuk mendekati perempuan lagi. Ketika SMA, saya dengan mudah bisa mendekati perempuan dengan bermodalkan kata-kata gombal lewat SMS, Facebook, atau Twitter. Namun, ketika kuliah, pendekatan yang dipakai cenderung perbuatan yang nyata, seperti mengajak si perempuan ke tempat makan yang layak atau mengantarnya pulang dengan sepeda motor. Sedangkan situasi saya saat itu adalah seorang anak kos yang memiliki uang pas-pasan dan tidak membawa kendaraan. Jadi, saya cukup sadar diri dengan kenyataan yang ada, meskipun rasa galau suka muncul ketika mengetahui perempuan yang saya suka saat itu didekati oleh lelaki lain. Apalagi, pada masa awal kuliah, saya merasa penampilan saya kurang menarik sehingga membuat saya tambah "minder" untuk mendekati perempuan.

Meskipun demikian, ada tiga perempuan yang pernah saya dekati ketika kuliah dan berharap saat itu salah satu dari mereka bisa menjadi pacar saya. Lalu, hasilnya? Tidak seperti yang diharapkan. Lebih lanjut, kisah jomlo tersebut pernah saya ceritakan di sini.

Lantas, kenapa status jomlo bisa berkesan bagi saya? Sebab, dari masa jomlo yang saya rasakan dari tahun 2013 sampai 2017, saya jadi bisa menilai dan mengevaluasi diri sehingga bisa menghargai diri sendiri dan berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hasilnya, setelah lulus kuliah, saya bisa mendekati perempuan lagi dan akhirnya ia menjadi pacar saya sejak Januari 2018, ia bernama Hessa Gita Afrilla. Dengan Hessa, saya pun jadi bisa menghargai sebuah hubungan spesial dan kebersamaan.

***

Itulah lima hal yang berkesan bagi saya ketika masih menjadi mahasiswa. Kemudian, ketika saya lulus dan "memasuki dunia nyata", kehidupan ini seperti menjadi lebih serius. Selain itu, teman-teman kuliah saya juga sudah sibuk dengan hidupnya masing-masing sehingga hanya sesekali kami bertemu atau mengobrol via grup WhatsApp. Namun, biarlah memori dan momen-momen yang pernah dilewati bersama tetap hidup di dalam pikiran. Sesekali saya pun perlu mengunjunginya untuk bernostalgia seperti ketika saya menceritakannya saat ini.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.