Membaca Kedekatan Hubungan Orang Tua dan Anak melalui Buku 'Kita, Kami, Kamu'

Sumber: goodreads.com

Buku ini (saya baca via iPusnas) berjudul Kita, Kami, Kamu yang menceritakan tentang Soca (anak) dan Reda Gaudiamo (ibu) dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Karena lebih banyak memakai sudut pandang Soca, maka ceritanya akan dipahami melalui bagaimana Soca menyikapi hal-hal yang sedang dihadapinya, dua di antaranya seperti pada judul 'Rapor' dan 'Ospek'. Dari dua judul tersebut, saya jadi bisa mengerti bahwa Reda merupakan sosok ibu yang tegas dan berani berpendapat ketika ada hal-hal yang dirasa tidak benar.

Pada 'Rapor', diceritakan ada seorang ibu dari siswa lain yang sangat lama (sekitar dua jam) mengobrol dengan wali kelas ketika pembagian rapor di kelas Soca. Padahal pembagian rapor waktunya terbatas, sedangkan ibu-ibu lain belum dapat kesempatan berdiskusi dengan wali kelas. Lantas, karena sudah dirasa merugikan orang lain, Meps—panggilan Reda—langsung menegur ibu tersebut dan berharap diskusinya bisa segera selesai saat itu juga. Soca yang melihat momen itu, cukup terkejut karena khawatir Meps akan menjadi tontonan ibu-ibu lain. Namun, dari teguran tersebut, diskusi yang lama dari si ibu siswa lain itu akhirnya selesai dan bisa dilanjutkan ke pembagian rapor selanjutnya.

Sama seperti di 'Ospek'. Saat itu Soca mulai masuk SMP dan ada kegiatan Ospek di sekolahnya. Namun, sebelum itu, Meps bersikeras untuk menemani Soca pada hari pertama Ospek supaya ia bisa memberi masukan kepada kepala SMP. Benar saja, di hari selanjutnya, Meps masuk ke ruang kepala sekolah dan Soca hanya bisa mengira-ngira apa yang akan dikatakan Meps tentang Ospek di sana. Cukup lama Meps berada di ruang kepala sekolah dan ketika selesai, Meps masih menunggu di lapangan basket untuk melihat Ospek tersebut. Soca pun heran dan akhirnya langsung sadar ketika kepala sekolah mengatakan bahwa pada hari itu Ospek ditunda. Sedangkan untuk di hari selanjutnya, Ospek hanya akan diisi dengan kegiatan baris-berbaris dan belajar P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Tidak akan ada namanya aktivitas yang aneh-aneh, seperti kakak kelas membentak junior atau disuruh mengonsumsi makanan yang bukan-bukan. Dari momen itu, Soca pun bersyukur bahwa Meps datang ke sekolahnya untuk memberi masukan kepada kepala SMP. Karena jika tidak, kemungkinan besar kegiatan Ospek akan berjalan seperti biasanya (baca: melakukan aktivitas yang aneh-aneh).

Itu hanya dua momen yang ada di buku ini. Sebab, akan ada kisah-kisah lain dan saya jadi bisa memahami bahwa Soca dan Meps merupakan sosok anak dan ibu yang memiliki hubungan yang sangat dekat. Soca bisa bertanya tentang apa saja ke Meps atau Beps—panggilan untuk ayahnya. Bahkan, ketika Soca mulai bertanya tentang arti pacaran dan tentang masa depannya yang ingin tinggal di Jepang, Meps dengan akrab dan santai—tanpa menggurui—memberikan jawaban sederhana dan mudah dimengerti bagi anak seusianya.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.