Efek Viral di Media Sosial dalam Film 'Budi Pekerti'

Poster Film Budi Pekerti.
(Sumber: imdb.com)

Di zaman ketika teknologi semakin pesat saat ini, peran media sosial bagi masyarakat yang menggunakannya telah mengalami perubahan besar. Jika dulu media sosial hanya untuk berinteraksi dengan teman atau orang lain yang tinggalnya berjauhan, sekarang bisa menjadi platform di mana reputasi seseorang bisa menjadi terkenal atau hancur dalam sekejap mata.

Budi Pekerti yang dirilis pada 2023 merupakan film yang disutradarai dan ditulis oleh Wregas Bhanuteja yang menyoroti sisi gelap media sosial dan budaya penolakan (cancel culture), sekaligus mengeksplorasi konsekuensi serius akibat video viral yang muncul secara sepotong-sepotong. Melalui sudut pandang sang protagonis, Prani, film ini mengungkap bahaya dari masifnya penggiringan opini oleh warganet, serta menggarisbawahi efek negatif dari konten viral yang berdampak kepada kehidupan nyata bagi seseorang yang muncul di konten tersebut.

Awal video viral

Cuplikan film Budi Pekerti yang diambil dari trailer-nya.
(Sumber: youtube.com/@PrillyLatuconsinaVideo)

Prani, seorang guru sekolah paruh baya yang dihormati karena prinsipnya yang teguh dan metode disiplinnya yang inovatif, harus mendapati dirinya menjadi perhatian warganet ketika sebuah insiden perdebatan terjadi di tempat penjualan kue putu, direkam dalam video dan disebarkan ke internet. Momen yang sebenarnya adalah konfrontasi Prani kepada salah satu konsumen yang dianggap menyerobot antrean kue putu, malah berubah menjadi mimpi buruk karena video viral yang menampilkan dirinya disalahartikan dan memicu kemarahan warganet. Reputasi Prani yang dikenal sebagai guru yang tegas dan memegang prinsip kejujuran, kini hancur serta membahayakan karier profesionalnya.

Penghinaan lewat dunia maya

Ilustrasi perundungan di media sosial.
(Sumber: freepik.com)

Budi Pekerti menggambarkan mekanisme tindakan warganet yang menghina secara daring dan bagaimana informasi hoaks tersebar begitu cepat di era digital. Video viral konfrontasi Prani di tempat kue putu menjadi bahan bakar api kemarahan moral, ketika jempol warganet buru-buru berkomentar tanpa memahami konteks dan situasi yang terjadi. Budaya penolakan terhadap Prani pun muncul dan ia menjadi target perundungan di media sosial secara masif. Dari kejadian itu, betapa mudahnya reputasi seseorang bisa hancur dalam hitungan hari; dan cukup sulit untuk dibangun kembali sehingga orang-orang bisa kembali percaya kepada Prani.

Dampak terhadap kesehatan mental

Ilustrasi seseorang yang sedang mengalami kecemasan di dalam hidup.
(Sumber: freepik.com)

Ketika Prani bergulat dengan efek video viral yang menampilkan dirinya, dampak buruk terhadap kesehatan mentalnya menjadi semakin jelas. Fitnah yang dilakukan warganet secara daring muncul secara terus-menerus, menyebabkan Prani merasa terisolasi, putus asa, dan meragukan dirinya sendiri. Meskipun kedua anaknya dan mantan siswa-siswanya sudah membantu semaksimal mungkin supaya reputasinya kembali baik, Prani mendapati dirinya seperti selalu diawasi tanpa henti oleh orang-orang asing, mempertanyakan identitas dan harga dirinya dari kecaman publik.

Selain itu, film ini dengan cermat menggambarkan dampak negatif yang dialami kedua anak dan suami Prani karena mereka juga menjadi korban dalam pusaran kemarahan warganet di dunia maya. Terkikisnya kepercayaan dan solidaritas di dalam keluarga, menggarisbawahi efek domino dari media sosial yang begitu nyata.

***

Film Budi Pekerti bisa menjadi pengingat tentang efek negatif media sosial dan budaya penolakan di era digital. Melalu narasi yang menarik dan penggambaran penderitaan yang dirasakan Prani beserta keluarganya, film ini menyoroti kekuatan warganet yang bisa begitu destruktif dalam menentukan moral seseorang hanya dari potongan video viral; serta dampak besar yang mampu ditimbulkannya terhadap kehidupan nyata seseorang.

Pada akhirnya, saat kita menjelajah internet, sangatlah penting untuk memiliki pemikiran kritis dalam setiap mengonsumsi konten yang ditampilkan di sana. Sebab, di tengah arus informasi yang begitu masif, kita perlu berhati-hati dalam merespons atau membagikan konten kepada orang lain. Selain itu, kemungkinan besar masyarakat jadi sadar untuk berperilaku ketika berada di tempat publik karena mata kamera dari gawai yang dimiliki kebanyakan orang saat ini akan selalu siap merekam segala hal yang terjadi di sekitar kita.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.