Setelah serial Game of Thrones tamat pada 2019 dan saya merasa kurang puas dengan akhir ceritanya, saya pun memutuskan untuk mulai membaca serial novelnya di tahun ini. Namun, setelah saya cari informasi dan ulasan di internet, ternyata ada prequel dari serial novel tersebut, maka saya memilih untuk membaca A Knight of the Seven Kingdoms terlebih dulu.
Sebelum dijadikan sebagai satu buku, kisah ini adalah kumpulan tiga novela yang pernah diterbitkan sebelumnya. Berkisah tentang Sir Duncan the Tall alias Dunk bersama pengawalnya (squire) yang berkepala plontos, Egg, yang sebenarnya adalah Aegon V Targaryen. Pada awal pertemuan, Dunk tidak mengetahui bahwa Egg adalah putra kerajaan. Namun, suatu hari Dunk terlibat perkelahian dengan Aerion Targaryen yang mengakibatkannya ditahan. Kemudian, diputuskan bahwa ia harus menjalani Trial of Seven jika ia ingin dinyatakan tak bersalah karena telah melawan salah satu anggota keluarga kerajaan. Dari keterlibatannya dengan keluarga Targaryen tersebut, ia jadi mengetahui latar belakang Egg.
Dari pertemuan awal itu dan setelah mendapatkan persetujuan dari Maekar I Targaryen agar tetap menjaga identitas asli Egg, Dunk pun memutuskan untuk membawa dan mendidik Egg agar menjadi pengawal yang baik. Setelah itu, mereka berdua berpetualang menyusuri Westeros. Petualangan yang dimulai dari pertemuan mereka dengan Ser Eustace Osgrey of Standfast yang memiliki konflik dengan Lady Rohanne Webber of Coldmoat sampai dengan tragedi pemberontakan setelah pesta pernikahan di Whitewalls.
Salah satu ilustrasi yang ada di dalam novel. |
Membaca cerita ini, saya jadi dibawa untuk mengetahui sejarah silsilah keluarga Targaryen, pemberontakan pertama Blackfyre, dan tokoh-tokoh baru lainnya. Selain itu, karena ada ilustrasi di beberapa bagian, membuat novel ini jadi mudah dibayangkan mengenai situasi dan kondisi yang sedang diceritakan. Secara keseluruhan, novel ini sangat direkomendasikan bagi para penikmat semesta Game of Thrones.