Manchester united gagal merah trofi Liga Europa musim 2024/25 setelah dikalahkan Tottenham Hotspur dengan skor 1-0.
(Sumber gambar: x.com/ManUtd)
Musim 2024/25 menjadi salah satu babak paling kelam dalam sejarah modern Manchester United. Kekalahan 0-1 dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa 2025 di Bilbao pada Rabu malam (21/05/2025) menandai puncak dari performa yang penuh kekecewaan. Hasil ini tidak hanya menghilangkan peluang United untuk meraih trofi, melainkan juga membawa konsekuensi serius, baik dari segi prestasi maupun finansial. Tulisan saya kali ini akan menjelaskan mengapa musim ini dianggap sebagai yang terburuk bagi Manchester United, dengan fokus pada kekalahan di final Liga Europa dan efeknya yang luas.
Posisi Memalukan di Liga Primer Inggris
Manchester United mengakhiri musim ini di peringkat ke-16 Liga Primer, sebuah posisi yang jauh dari standar klub yang dikenal sebagai salah satu raksasa sepak bola Inggris. Kemudian, pertandingan di final Liga Europa mencerminkan performa buruk mereka sepanjang musim. Baik United maupun Spurs, yang berada di peringkat ke-17, menunjukkan kualitas permainan yang buruk selama babak pertama. Gol kemenangan Spurs bahkan terjadi dari situasi yang kacau, ketika bola yang disundul Brennan Johnson mengenai lengan Luke Shaw sebelum masuk ke gawang Andre Onana. Ini menunjukkan bahwa United tidak mampu menguasai pertandingan krusial, bahkan saat trofi sudah di depan mata.
Kehilangan Tiket Liga Champions
Kekalahan di final Liga Europa membawa efek langsung: Manchester United gagal lolos ke Liga Champions musim depan. Kompetisi elit ini bukan hanya soal gengsi, melainkan juga sumber pendapatan besar. Akibat kegagalan tersebut, United kehilangan minimal £77 juta, yang terdiri dari hadiah UEFA, pendapatan dari pertandingan kandang tambahan, dan potongan £10 juta dari kesepakatan sponsor kit mereka dengan Adidas. Kerugian finansial ini akan membatasi kemampuan klub untuk merekrut pemain berkualitas atau mempertahankan skuad yang kompetitif, sehingga memperburuk prospek mereka di musim depan.
Tantangan di Bawah Ruben Amorim
Manajer Manchester United, Ruben Amorim, menghadapi musim yang sulit sejak mengambil alih di tengah jalan. Skuad United ternyata tidak cocok dengan sistem permainan Amorim, dan pendekatannya belum terbukti efektif. Meskipun Amorim tidak sepenuhnya disalahkan—karena ia belum memiliki waktu atau pemain yang sesuai dengan visinya—kekalahan ini menambah tekanan pada dirinya. Amorim sendiri mengakui bahwa United "harus sempurna" di musim depan, sebuah pernyataan yang mencerminkan besarnya tantangan yang dihadapinya. Ketidakmampuan tim untuk menembus pertahanan Spurs, meski ada pergantian pemain seperti Joshua Zirkzee dan Alejandro Garnacho, menunjukkan masalah mendasar pada strategi dan eksekusi.
Performa Buruk Pemain Kunci
Bruno Fernandes, kapten United, tampil jauh di bawah standar di final ini. Ia hanya menyelesaikan 11 umpan di babak pertama, jauh dari rata-rata 50 umpannya per pertandingan. Meskipun Fernandes dikenal sebagai pemain yang berani mengambil risiko untuk menciptakan peluang, usahanya kali ini tidak membuahkan hasil. Spurs, dengan Pape Matar Sarr dan Rodrigo Bentancur, berhasil menutup ruang geraknya. Kegagalan Fernandes untuk "mengangkat" tim di momen penting menjadi cerminan dari performa buruk United secara keseluruhan sepanjang musim.
Musim Terburuk dalam Sejarah Modern
Musim ini merupakan yang terburuk bagi United sejak degradasi dari Divisi Pertama pada 1974. Kekalahan di final Liga Europa menjadi puncak dari serangkaian kegagalan: posisi bawah di liga, gagal di kompetisi-kompetisi lain, dan kini absen dari sepak bola Eropa musim depan. Ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade United tidak akan bermain di kompetisi Eropa, sebuah pukulan besar bagi klub yang identik dengan sejarah dan kesuksesan.
Harapan dan Tekanan untuk Musim Depan
Hasil buruk musim ini akan terasa sampai musim depan. Tanpa pendapatan dari Liga Champions, United akan kesulitan membangun kembali skuad. Tekanan pada Amorim dan pemain untuk tampil lebih baik akan sangat besar, sehingga tidak ada ruang untuk kesalahan lagi. United pun harus belajar dari kegagalan ini, memperbaiki sistem permainan, dan menemukan cara agar kembali bersaing di level tertinggi.
***
Musim 2024/25 adalah musim terburuk Manchester United dalam sejarah modern mereka. Kekalahan dari Tottenham Hotspur di finalLiga Europa bukan sekadar kegagalan meraih trofi, tetapi simbol dari performa yang penuh kekecewaan. Berada di posisi bawah Liga Primer Inggris, kehilangan tiket Liga Champions, masalah manajemen di bawah Amorim, dan performa buruk pemain kunci seperti Fernandes, semuanya berkontribusi pada musim yang menyedihkan ini. Dengan terganggunya finansial klub dan tekanan besar untuk bangkit, Manchester United menghadapi jalan panjang untuk kembali ke kejayaan.