Para pemain Napoli merayakan keberhasilan mereka dalam meraih gelar Serie A musim 2024/25.
(Sumber gambar: x.com/SerieA_EN)
Napoli meraih gelar Serie A keempat dalam sejarah klub mereka pada Sabtu (24/05/2025), sebuah pencapaian luar biasa yang mengukuhkan kebangkitan tim ini di bawah kepemimpinan Antonio Conte. Setelah finis di urutan ke-10 pada musim sebelumnya, Napoli berhasil membalikkan keadaan dan memenangkan Scudetto dengan total 82 poin—jumlah poin terendah sejak 2011 untuk seorang juara liga, tapi tetap menjadi kebanggaan bagi kota Naples dan para suporternya.
Musim ini tidak berjalan mulus sejak awal. Napoli memulai pertandingan mereka dengan kekalahan telak 3-0 dari Hellas Verona, sehingga memicu kritik keras dari Conte. Ia menyebut timnya “meleleh seperti salju di bawah sinar matahari.” Namun, kekalahan itu menjadi titik balik. Conte, dengan pendekatan yang khas, membawa perubahan drastis. Walaupun menghadapi tantangan seperti cedera pemain kunci—Alessandro Buongiorno dan Stanislav Lobotka—serta kehilangan Khvicha Kvaratskhelia yang pindah ke PSG di tengah musim, Napoli tetap bertahan dan menunjukkan performa yang luar biasa.
Peran Penting Suporter Napoli
Salah satu elemen kunci keberhasilan Napoli adalah dukungan luar biasa dari para suporter. Seluruh kota mengenakan warna biru menjelang pertandingan penentu melawan Cagliari. Mereka memasang stiker bergambar Pedro—pemain pengganti Lazio yang menjadi pahlawan dengan golnya melawan Inter—dan spanduk yang memuja Riccardo Orsolini dari Bologna, yang juga membantu Napoli dengan gol kemenangan di menit-menit akhir melawan Inter.
Malam sebelum pertandingan melawan Cagliari, para suporter Napoli menggelar aksi luar biasa. Mereka mengendarai konvoi motor dan menyalakan kembang api di dekat hotel tempat tim Cagliari menginap, memastikan lawan tidak bisa tidur nyenyak. Atmosfer di Stadion Diego Armando Maradona pada hari pertandingan pun penuh antusiasme. Meskipun Inter Milan sempat memimpin klasemen sementara setelah gol Stefan de Vrij, Napoli bangkit dengan gol-gol dari Scott McTominay dan Romelu Lukaku. McTominay mencetak gol pembuka melalui scissor kick yang spektakuler, sementara Lukaku memastikan kemenangan dengan gol keduanya.
Taktik dan Kepemimpinan Conte
Antonio Conte membuktikan dirinya sebagai pelatih jenius dengan fleksibilitas taktis yang sering dianggap tidak dimilikinya. Ia menyesuaikan formasi untuk memaksimalkan Kvaratskhelia sebelum kepergiannya, dan setelah itu berhasil mengadaptasi tim meski kehilangan pemain bintangnya. Investasi klub pada pemain berpengalaman seperti Lukaku, Leonardo Spinazzola, dan McTominay—yang menjadi top skorer tim dan MVP liga—menuai kritik pada awalnya karena dianggap berisiko. Namun, Conte membuktikan bahwa mentalitas pemain mereka bisa membuahkan hasil, bahkan tanpa fokus pada nilai jual pemain.
Pertahanan Napoli juga menjadi pilar utama, mencatatkan 19 clean sheets dan menjadi yang terbaik di liga. Lukaku, yang memenangkan Scudetto keduanya, menunjukkan sisi lain dengan memimpin liga dalam assist (10), sementara McTominay menjadi simbol kebangkitan tim dengan gol-gol krusialnya.
Sebuah Keajaiban di Naples
Kemenangan ini lebih dari sekadar trofi, melainkan juga sebagai bukti kekuatan komunitas Naples dan kepemimpinan Conte. Dari jalanan yang dipenuhi penggemar hingga lapangan hijau, semangat kota ini mendorong Napoli melewati garis finis. Dengan Conte di pucuk pimpinan, Napoli kini menatap musim depan dengan ambisi mempertahankan gelar.