Spider-Man, Kraven the Hunter, dan Vermin


Menjadi superhero, selain membutuhkan fisik yang kuat, membutuhkan mental yang tangguh juga. Sebab, salah satu contohnya, jika ia tidak pandai untuk menyembunyikan identitasnya, kemungkinan besar para musuhnya akan mengincar orang-orang terdekatnya untuk dijadikan sandera supaya si superhero bertekuk lutut atau tidak berkutik. Melihat orang terdekatnya disiksa atau ditawan, bisa dipastikan mental si superhero akan melemah, sehingga musuhnya pun bisa segera mengalahkannya.

Bersamaan dengan penjelasan di atas, pada novel yang berjudul Spider-Man: Kraven's Last Hunt ini memang lebih menonjolkan sisi psikologis dari setiap tokohnya. Kisah berawal ketika Peter Parker  menghadiri pemakaman teman terdekatnya, Ned Leeds. Di samping itu, ia juga merasa sangat bersalah karena penyebab kematian Ned merupakan akibat perbuatan Peter sendiri. Ya, ternyata Ned adalah sosok di balik karakter Hobgoblin yang suka membuat onar di kota dengan bom buatannya, sehingga Spider-Man tak ragu untuk mencegah aksinya.

Ilustrasi The Hobgoblin
(Sumber: Pinterest)

Mengetahui bahwa teman terdekatnya adalah juga musuh bebuyutannya setelah ia berhasil dikalahkan, membuat Peter semakin gelisah dan merasa serba salah. Pikirannya seakan belum bisa menerima kenyataan tersebut. Karena ia merasa tak tahan selalu menyembunyikan identitasnya sebagai Spider-Man dan sering membuatnya depresi, ia pun akhirnya mengungkapkannya kepada pacarnya, Mary Jane. Dengan begitu, ia bisa lega membicarakan segala permasalahannya yang terjadi selama ini sebagai superhero. Dari pengakuan tersebut, membuat Mary Jane kaget, tapi perlahan ia juga jadi menyadari betapa berat beban yang Peter rasakan sejak ia menjadi manusia laba-laba.

Kemudian, kisah berlanjut bukan hanya pada kematian Ned Leeds atau Hobgoblin. Karena sebenarnya ada tokoh penjahat lain yang bernama Kraven the Hunter atau Sergei Nikolaevich Kravinoff. Ia berasal dari keluarga bangsawan Rusia dan ia sekeluarga kabur ke Amerika Serikat setelah terjadinya pemberontakan komunis di sana. Ya, ia memang sudah berumur sangat tua, tapi karena ramuan yang sering dikonsumsinya, membuatnya jadi kuat dan awet muda. Ia pun memiliki kegelisahannya sendiri, yaitu akibat Spider-Man sering mengalahkannya setiap ia sedang melakukan aksi kejahatan. Karena hal tersebut, ia merasa Spider-Man telah menginjak harga dirinya sebagai bangsawan, sehingga ia menyusun rencana untuk membalas dendam dan membunuhnya. Dengan begitu, kehormatannya bisa didapatkan kembali.

Ilustrasi Spider-Man vs Kraven the Hunter
(Sumber: herocollector.com)

Tokoh penjahat yang kedua adalah Edward Whelan alias Vermin. Ia adalah manusia setengah tikus yang berasal dari eksperimen yang dilakukan di laboratorium Norman Osborn. Sebelum ia berada di dalam pembuangan air bersama tikus-tikus, ia sering dilanda kesepian dan dijauhi oleh orang-orang sekitar, sehingga ia merasa tak pantas berbaur dengan masyarakat di sana. Selain itu, ia memiliki kepribadian ganda; sehingga, kepribadiannya yang lain itu suka membuatnya gelisah karena sering menghasutnya untuk berbuat kejahatan, salah satunya memburu manusia untuk dimakan. Dari hasutan tersebut, akhirnya ia berhasil mendapatkan beberapa korban, sehingga menjadi sorotan polisi. Ia pun diburu, sehingga Spider-Man pun turun tangan untuk menghentikan aksinya.

Ilustrasi Vermin
(Sumber: marvel.fandom.com)

Secara keseluruhan, mereka bertiga yang akan menjadi tokoh-tokoh sentral di dalam novel ini. Setiap tokoh memiliki tekanan psikologisnya masing-masing, sehingga membuat saya jadi memahami alasan mereka untuk melakukan hal-hal yang ingin mereka capai.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.