Brentford mengalahkan Manchester United dengan skor 3-1.
(Sumber gambar: x.com/ManUtd)
Manchester United sedang menghadapi masa-masa sulit di bawah manajerial Ruben Amorim. Kekalahan telak 3-1 dari Brentford di Gtech Community Stadium pada Sabtu (27/9/2025) menjadi bukti dari perjuangan klub ini untuk menemukan performa konsisten di Liga Primer Inggris. Esai saya kali ini akan menganalisis tantangan yang dihadapi MU, performa mereka di bawah Amorim, dan tentang masa depan klub.
Performa Buruk di Laga Tandang
MU menunjukkan performa yang mengecewakan pada laga tandang mereka. Dalam delapan pertandingan tandang terakhir di Liga Primer, mereka hanya meraih dua poin. Kekalahan dari Brentford adalah kelanjutan dari tren buruk ini (yang juga termasuk kekalahan dari Manchester City) dan kekalahan yang harus diantisipasi dari Liverpool, Nottingham Forest, Tottenham Hotspur, serta Crystal Palace beberapa bulan mendatang. Tren ini menimbulkan pertanyaan: berapa banyak lagi kekalahan yang bisa ditoleransi oleh pemilik klub dan pendukungnya?
Harapan yang Tak Terpenuhi
Ketika Amorim mengambil alih dari Sporting CP sepuluh bulan lalu, ada optimisme bahwa ia akan membawa perubahan positif. Namun, statistik menunjukkan sebaliknya. Dari 33 pertandingan Liga Primer di bawah asuhannya, MU hanya memenangkan sembilan pertandingan, kalah 17 pertandingan, dan sisanya berakhir imbang. Bahkan kemenangan melawan Chelsea baru-baru ini tidak mampu menjadi titik balik, karena MU gagal meraih kemenangan beruntun, sesuatu yang belum mereka capai sejak Amorim menjadi manajernya. Performa mereka lebih menunjukkan sebagai tim papan tengah (bahkan bawah) daripada klub yang seharusnya bersaing di papan atas.
Masalah Taktik dan Kurangnya Identitas Permainan
Salah satu kritik utama terhadap Amorim adalah kurangnya identitas permainan yang jelas. Dalam pertandingan melawan Brentford, MU tampak bermain sesuai ritme lawan, bukan mengendalikan pertandingan seperti yang diharapkan dari formasi 3-4-3 yang menjadi andalan Amorim. Ketidakmampuan untuk menguasai lini tengah, ditambah dengan kegagalan memanfaatkan keunggulan jumlah pemain di area tertentu, menunjukkan kelemahan taktik. Brentford, di bawah manajer baru Keith Andrews, dengan mudah mengatasi MU melalui strategi di lini tengah, sehingga mampu menguasai kelemahan formasi MU.
Gol-gol yang dihasilkan oleh pemain lawan, mencerminkan masalah serius MU dalam bertahan. Gol pertama Brentford, misalnya, berasal dari kesalahan Harry Maguire dalam membaca situasi offside, sehingga Igor Thiago memanfaatkannya untuk mencetak gol. Gol kedua menunjukkan kekacauan dalam organisasi pertahanan, dengan Brentford tampak mampu mencetak gol setiap kali menyerang. Meskipun kiper Altay Bayindir menunjukkan ketenangan ketika menghadapi bola-bola tinggi, ini pun tidak cukup untuk menutupi kekurangan tim secara keseluruhan.
Kurangnya Ancaman di Lini Depan
Di lini depan, MU juga terlihat tidak meyakinkan. Meskipun tiga pemain baru (Bryan Mbeumo, Matheus Cunha, dan Benjamin Šeško) tampil bersama untuk pertama kalinya, mereka gagal memberikan dampak signifikan. Šeško memang mencetak gol, tetapi prosesnya tidak menunjukkan serangan yang terorganisir. Mbeumo, yang dianggap sebagai pemain kunci di awal musim, tampak redup, sementara Cunha belum menunjukkan performa yang konsisten. Kurangnya ancaman di depan gawang lawan membuat MU sulit membalikkan keadaan, bahkan setelah tertinggal.
Performa yang Mirip di Musim Lalu
Ada kemiripan yang mengkhawatirkan antara situasi saat ini dan musim lalu di bawah Erik ten Hag. Pada musim 2024/25, MU juga memiliki tujuh poin dari enam pertandingan pertama, seperti musim ini. Ten Hag dipecat setelah tiga kekalahan selanjutnya, dan tekanan terhadap Amorim mulai terasa meskipun belum ada suara kekecewaan yang nyaring dari dalam klub. Namun, dengan performa yang terus menurun, pertanyaan tentang masa depan Amorim tidak bisa dimungkiri. Berapa lama lagi petinggi MU akan menoleransi Amorim dengan hasil satu kemenangan per bulan?
***
Manchester United berada di persimpangan jalan. Di bawah Ruben Amorim, mereka menunjukkan sedikit tanda-tanda perbaikan, tetapi kekalahan seperti melawan Brentford membuktikan bahwa masalah mendasar masih ada: kurangnya identitas permainan, kelemahan defensif, dan ketidakmampuan untuk menghasilkan ancaman konsisten di lini depan. Meskipun ada harapan terhadap Amorim, kesabaran petinggi MU dan pendukung tidak akan bertahan selamanya. Jika performa buruk terus berlanjut, MU harus segera mengevaluasinya secepat mungkin. Apakah mereka akan terus mendukung Amorim, atau akankah klub ini kembali mencari manajer baru? Hanya waktu yang akan menjawab, tetapi untuk saat ini, MU tampak seperti tim yang tersesat, berjalan satu langkah maju dan dua langkah mundur.

