Ketika Manchester United Tetap Memilih Cara Sulit untuk Menang

Manchester United berhasil mengalahkan Chelsea dengan skor 2-1 di Old Trafford.
(Sumber gambar: x.com/ManUtd)

Di dunia sepak bola, pertandingan sering kali dipengaruhi oleh momen-momen krusial yang mampu mengubah arah permainan secara drastis. Salah satu contohnya adalah laga antara Manchester United melawan Chelsea di Liga Primer Inggris pada Sabtu (20/9/2025), di mana MU berhasil meraih kemenangan 2-1. Namun, kemenangan ini tidak datang dengan mudah seperti yang seharusnya. Sejak menit kelima, ketika kiper Chelsea (Robert Sanchez) menerima kartu merah langsung setelah menjatuhkan Bryan Mbeumo, MU berada dalam posisi unggul secara jumlah pemain. Dengan satu pemain lebih banyak, MU seharusnya bisa mengendalikan permainan dan meraih kemenangan dengan mudah. Sayangnya, performa mereka justru berubah menjadi jalan sulit ketika Casemiro juga mendapat kartu merah karena pelanggaran yang tidak perlu terhadap Andrey Santos.

Peluang Emas bagi MU setelah Sanchez Mendapatkan Kartu Merah

Awal pertandingan berlangsung di tengah hujan deras, dan MU tampil agresif sejak menit pertama. Momen kunci terjadi ketika kiper MU, Altay Bayındır, mengirimkan bola panjang ke depan. Benjamin Šeško memenangkan duel udara melawan Trevoh Chalobah, dan bola jatuh ke kaki Mbeumo yang sedang berlari. Sanchez pun bergegas keluar dari kotak penalti untuk menghadang, tetapi justru menjatuhkan Mbeumo tanpa menyentuh bola. Wasit Peter Bankes tanpa ragu memberikan kartu merah kepadanya, sehingga meninggalkan Chelsea dengan sepuluh pemain padahal pertandingan baru berjalan selama lima menit.

Kartu merah ini menjadi titik balik yang menguntungkan MU. Dengan keunggulan satu pemain, tim asuhan Ruben Amorim mampu memanfaatkan situasi ini untuk mendominasi. Bruno Fernandes ikut menyerang ke depan, sementara bek seperti Harry Maguire dan Matthijs de Ligt juga ikut menekan, sehingga memaksa Chelsea mundur ke formasi defensif 5-3-1. Hasilnya, MU mencetak gol pertama melalui Fernandes, yang merupakan gol ke-100-nya untuk klub; diikuti gol kedua dari sundulan Casemiro. Chelsea terpaksa melakukan tiga pergantian pemain sebelum menit ke-21, termasuk mengganti kedua sayap mereka, Pedro Neto dan Estevao, dengan kiper cadangan Filip Jorgensen dan bek Tosin Adarabioyo. Selain itu, Cole Palmer harus ditarik, semakin memperburuk situasi Chelsea.

Pada tahap ini, MU tampak nyaman dan mengendalikan permainan. Mereka agresif melakukan pressing man-to-man, dan Chelsea terlihat kesulitan bertahan. Start buruk Chelsea, yang bahkan sebelum kartu merah sudah tampak goyah dengan penyelamatan Sanchez dan tekel terakhir Reece James, semakin menegaskan bahwa MU memiliki peluang besar untuk menang mudah. Namun, seperti yang sering terjadi dengan performa MU sebelumnya dan membuat pendukungnya deg-degan, keunggulan jumlah pemain tidak selalu menjamin kemenangan jika tidak dibarengi dengan strategi yang mumpuni.

Kesalahan Casemiro: Chelsea Balik Menekan MU

Sayangnya, performa MU yang dominan berubah drastis karena kesalahan individu dari Casemiro. Pemain berpengalaman asal Brasil ini menerima kartu kuning kedua setelah melakukan pelanggaran tidak perlu terhadap Andrey Santos. Pelanggaran ini membuat jumlah pemain kedua tim menjadi seimbang kembali, sehingga menghidupkan harapan Chelsea untuk mencetak gol. Sebelumnya, MU berada di posisi nyaman dengan skor 2-0, tetapi kartu merah Casemiro memaksa Amorim melakukan penyesuaian strategi, termasuk menarik Šeško di babak pertama untuk memperkuat lini tengah.

Akibatnya, Chelsea yang sempat pasif mulai menekan. Mereka mencetak gol balasan melalui sundulan Chalobah di sepuluh menit tersisa, membuat akhir pertandingan menjadi sangat menegangkan. MU terpaksa bertahan habis-habisan untuk mempertahankan keunggulan tipis mereka. Selain membuang peluang dalam memanfaatkan jumlah pemain, kesalahan Casemiro ini juga menunjukkan kurangnya disiplin dari seorang pemain senior yang seharusnya menjadi panutan. Seperti yang terjadi pada pertandingan-pertandingan sebelumnya, MU hanya unggul ketika memiliki pemain lebih banyak atau mendapatkan penalti, dan mereka mudah kebobolan dari situasi yang berawal dari bola mati, yang terbukti lagi di laga ini.

Lebih lanjut, keputusan Sanchez yang ceroboh juga menjadi sorotan, tetapi bagi MU, ini seharusnya menjadi berkah. Sanchez, yang sempat tampil baik di awal musim ini, wajar jika ia akan diragukan sebagai kiper utama Chelsea akibat kecerobohannya di laga ini. Namun, fokus utama adalah bagaimana MU gagal memanfaatkan situasi ideal tersebut. Enzo Maresca pun terlihat frustrasi dengan permainan buruk timnya di babak pertama, tapi MU justru memberi ruang bagi lawan untuk bangkit.

Kalau Bisa Menang dengan Cara Sulit, Mengapa Memilih yang Mudah?

Kemenangan 2-1 atas Chelsea memang membawa Manchester United naik ke peringkat kesepuluh di Liga Primer Inggris, sementara Chelsea tetap di posisi keenam. Ini adalah kemenangan kedua berturut-turut bagi MU di liga dengan Amorim sebagai manajernya (hal yang belum pernah terjadi sejak Desember 2024). Namun, performa mereka menunjukkan bahwa tim ini masih dalam proses jangka panjang. MU pun seharusnya menang mudah setelah kartu merah Sanchez, tapi kesalahan Casemiro membuat mereka memilih jalan sulit, hampir saja kehilangan tiga poin penting.

Pertandingan ini menjadi pengingat bahwa sepak bola bukan hanya tentang keunggulan jumlah pemain, melainkan juga disiplin, pengambilan keputusan, dan memanfaatkan peluang untuk menjadi gol. Bagi Amorim, kemenangan ini bisa membuatnya sedikit bernapas lega, tapi jangan sampai melupakan kekurangan yang harus dievaluasi: MU masih bergantung pada faktor eksternal seperti kartu merah lawan daripada performa konsisten mereka sendiri. Di pertandingan-pertandingan selanjutnya, MU perlu belajar dari kesalahan ini supaya benar-benar kembali menjadi tim yang konsisten untuk menang,

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.