Idealisme Melawan Korupsi

Novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari.
(Sumber gambar: goodreads.com)

Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari adalah novel yang mengangkat realitas sosial dan politik Indonesia pada awal 1990-an, saat Orde Baru masih berkuasa. Berlatar di Desa Cibawor, novel ini berfokus pada Kabul, seorang insinyur muda idealis, yang bertanggung jawab atas proyek pembangunan jembatan. Dengan latar waktu ketika partai GLM (Golongan Lestari Menang) mendominasi, proyek-proyek nasional harus selaras dengan agenda pemerintah, sering kali mengorbankan kualitas dan integritas. Novel ini, menurut saya, 80% berkisah tentang perjuangan Kabul melawan korupsi dengan idealismenya, sementara 20% sisanya adalah kisah asmara kompleks antara Kabul dan Wati yang menjadi pelengkap pada sisi emosional cerita.

Latar Belakang dan Tantangan Kabul

Pada awal 1990-an, Orde Baru menciptakan iklim di mana proyek nasional menjadi alat politik untuk menunjukkan "keberhasilan" pembangunan. Namun, di balik itu, korupsi merajalela. Kabul, sebagai penanggung jawab proyek jembatan di Desa Cibawor, menghadapi dilema besar. Komposisi bangunan dan jadwal yang telah ia susun dengan cermat sering diubah oleh petinggi GLM demi kepentingan pribadi. Bahan bangunan berkualitas tinggi yang seharusnya digunakan justru diganti dengan yang murah, dan dana proyek banyak diselewengkan ke kantong pejabat.

Kabul, yang memiliki latar belakang sebagai aktivis di masa kuliah dan berasal dari keluarga jujur, merasa galau dan serba salah. Jika ia menentang praktik ini, ia berisiko dicap sebagai penghambat pembangunan atau bahkan dituduh sebagai keturunan komunis—sebuah tuduhan berat pada masa itu. Mesipun begitu, ia memilih "melawan arus," siap menerima konsekuensi demi mempertahankan integritasnya. Pergulatan batin Kabul menjadi inti cerita, menggambarkan betapa sulitnya melawan budaya korupsi yang dianggap wajar dalam dunia proyek.

Idealisme Kabul

Kabul adalah simbol idealisme dalam novel ini. Ia tidak hanya ingin membangun jembatan yang kokoh secara fisik, melainkan juga menjunjung tinggi prinsip kejujuran dan tanggung jawab sosial. Sebagai insinyur, ia memahami bahwa kualitas proyek memengaruhi keselamatan masyarakat. Namun, tekanan dari atas membuatnya terus-menerus dihadapkan pada pilihan sulit: mengikuti arus korupsi atau mempertahankan idealismenya dengan risiko besar.

Perjuangan Kabul mencerminkan konflik batin yang mendalam. Ia tidak ingin terjebak dalam "lingkaran setan" korupsi yang tampaknya menjadi hal biasa. Melalui karakternya, Ahmad Tohari mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya integritas, terutama dalam situasi ketika kejujuran tampak seperti perlawanan sia-sia. Bagian ini, yang menurut saya mencakup 80% isi novel, adalah kritik tajam terhadap sistem yang mengorbankan nilai demi kepentingan politik dan pribadi.

Kisah Asmara Kabul dan Wati

Di samping tema berat tentang korupsi, novel ini juga menyisipkan kisah asmara antara Kabul dan Wati, seorang sekretaris dalam proyek. Bagi saya, kisah ini berfungsi sebagai "bumbu" yang menyeimbangkan narasi serius. Wati menyukai Kabul, tetapi Kabul berusaha bersikap biasa karena tahu Wati masih memiliki pacar. Kompleksitas hubungan ini menambah dimensi emosional pada cerita, memberikan jeda dari ketegangan moral yang dihadapi Kabul.

Perjalanan asmara mereka berkembang secara alami sepanjang cerita dan mencapai resolusi yang sesuai dengan harapan pembaca di akhir novel. Meskipun hanya 20% dari keseluruhan isi, kisah ini memperkaya karakter Kabul, menunjukkan sisi kemanusiaannya di tengah perjuangan besar melawan korupsi.

Kritik Terhadap Korupsi dan Pentingnya Kejujuran

Salah satu kekuatan novel ini adalah kritiknya terhadap praktik korupsi yang dianggap wajar dalam proyek pemerintah. Tohari menunjukkan bagaimana sistem Orde Baru memungkinkan penyelewengan dana dan kualitas demi agenda politik. Kabul menjadi representasi perlawanan terhadap budaya ini, meskipun ia harus membayar harga mahal.

Novel ini juga menegaskan pentingnya kejujuran. Melalui Kabul, Tohari menyampaikan bahwa integritas bukan sekadar pilihan pribadi, melainkan juga tanggung jawab terhadap masyarakat. Pesan ini relevan, tidak hanya untuk masa Orde Baru, tetapi juga untuk konteks kekinian ketika korupsi masih menjadi tantangan besar.

***

Orang-Orang Proyek adalah novel yang menggabungkan kritik sosial dengan eksplorasi kemanusiaan. Dengan 80% fokus pada perjuangan idealisme Kabul melawan korupsi dan 20% pada kisah asmara yang menghibur, novel ini memberikan keseimbangan yang apik. Melalui karakter dan interaksi tokoh-tokohnya, Ahmad Tohari berhasil menyuarakan pentingnya kejujuran dan integritas di tengah tekanan politik dan sosial. Novel ini tidak hanya menjadi cerminan masa lalu, melainkan juga pengingat akan nilai-nilai yang harus terus diperjuangkan.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.