Pict by: imgsoup.com
Saat itu pernah tiba-tiba (mantan) pacar gue menelepon supaya gue datang ke salah satu tempat makan di mana kami pernah bertemu sebelumnya. Karena gue emang lagi gak sibuk, gue langsung mengiyakan ajakannya tanpa persiapan maksimal seperti yang gue lakukan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Setelah gue sampai di sana dengan mengendarai motor kemudian duduk di hadapannya, kami basa-basi sebentar lalu memesan makanan. Namun, saat kami berdua udah selesai makan, dia mulai bicara dengan nada tegas dan memandang muka gue dalam-dalam.
“Gung, aku mau ngomong sesuatu,” kata (mantan) pacar gue sambil membenarkan posisi duduknya.
“Uhuk!” Gue yang baru aja selesai menelan makanan suapan terakhir, hampir tersedak mendengar kalimat itu. “I-iya, kamu mau ngomong apa?” lanjut gue setelah minum dan mencoba bersikap tenang.
“Kita putus aja ya. Maaf, kamu terlalu baik untuk aku,” dia berkata dengan nada tenang dan lancar seakan-akan kalimat tersebut adalah kalimat sakti untuk mengakhiri hubungan kami.
DEG! Tiba-tiba seluruh badan gue lemas dan lidah gue susah untuk digerakkan. Gue hanya bisa diam dan memasang ekspresi bego saking kagetnya. Tanpa pelukan atau salam perpisahan, dia langsung meninggalkan gue di tempat makan begitu aja... sendirian. Gue gak bisa menahannya supaya tetap tinggal dan memintanya menjelaskan apa maksud dari kalimat tersebut karena perasaan gue yang sangat campur aduk saat itu. Iya, perasaan antara sedih dan bingung. Sedih karena sebenarnya gue masih menyayanginya dan bingung... karena saat itu gue lupa bawa uang untuk bayar makanan.