Pict by: imgsoup.com
Saat itu pernah tiba-tiba (mantan) pacar gue menelepon supaya gue datang ke salah satu tempat makan di mana kami pernah bertemu sebelumnya. Karena gue emang lagi gak sibuk, gue langsung mengiyakan ajakannya tanpa persiapan maksimal seperti yang gue lakukan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Setelah gue sampai di sana dengan mengendarai motor kemudian duduk di hadapannya, kami basa-basi sebentar lalu memesan makanan. Namun, saat kami berdua udah selesai makan, dia mulai bicara dengan nada tegas dan memandang muka gue dalam-dalam.
“Gung, aku mau ngomong sesuatu,” kata (mantan) pacar gue sambil membenarkan posisi duduknya.
“Uhuk!” Gue yang baru aja selesai menelan makanan suapan terakhir, hampir tersedak mendengar kalimat itu. “I-iya, kamu mau ngomong apa?” lanjut gue setelah minum dan mencoba bersikap tenang.
“Kita putus aja ya. Maaf, kamu terlalu baik untuk aku,” dia berkata dengan nada tenang dan lancar seakan-akan kalimat tersebut adalah kalimat sakti untuk mengakhiri hubungan kami.
DEG! Tiba-tiba seluruh badan gue lemas dan lidah gue susah untuk digerakkan. Gue hanya bisa diam dan memasang ekspresi bego saking kagetnya. Tanpa pelukan atau salam perpisahan, dia langsung meninggalkan gue di tempat makan begitu aja... sendirian. Gue gak bisa menahannya supaya tetap tinggal dan memintanya menjelaskan apa maksud dari kalimat tersebut karena perasaan gue yang sangat campur aduk saat itu. Iya, perasaan antara sedih dan bingung. Sedih karena sebenarnya gue masih menyayanginya dan bingung... karena saat itu gue lupa bawa uang untuk bayar makanan.
Sejak hari itu, hati gue seakan remuk berkeping-keping seperti habis diinjak Megatron. Lebay memang, tapi itulah yang terjadi.
***
Ya, hati merupakan salah satu organ dalam manusia yang paling sensitif. Siapa pun itu, gak memandang kelamin, cowok atau cewek. Kalau hatinya sedang ada masalah atau gundah, pasti seketika dia akan menjadi lemah. Secara kasat mata, fisik cowok emang lebih kuat dari cewek, tapi kalau urusan hati yang udah berbicara, bisa jadi hati si cowok akan menjadi lebih lemah dari milik cewek.
Jika suatu hari ada teman (cowok) lu yang bilang, “Gue pernah diputusin dan disakiti cewek, tapi gue selalu kuat dan gak pernah sedih” udah pasti itu pernyataan bullshit. Jarang banget ada cowok yang sekuat itu, kalaupun ada, itu cowok kemungkinan besar hatinya terbuat dari robot. Dan, jika dia bisa tetap senang atau gembira sehabis putus saat berkumpul dengan teman-temannya, bisa dipastikan itu cuma usahanya untuk menutupi kesedihan.
Sejarah tentang Kerajaan Indonesia pun menjadi saksi bisu bahwa segagah-gagahnya Mahapatih Gadjah Mada dalam memimpin kekuasaan di Majapahit, ia pun kehilangan kekuasaannya karena tergoda oleh pesona Dyah Pitaloka Citraresmi. Nah, bisa dibuktikan, kan, betapa cowok yang kuat pun akan menjadi lemah juga hatinya karena cewek.
***
Kejadian patah hati karena cewek bukan terjadi sama gue aja, tapi juga ke beberapa teman cowok gue lainnya. Tak jarang, gue melihat betapa lemahnya hati cowok karena berurusan dengan cewek. Bisa dibilang, mereka itu terlihat kuat di luar, tetapi rapuh di dalam.
Seperti yang dialami oleh salah satu teman gue saat SMP dulu. Panggil aja teman gue ini Satria (bukan nama samaran). Dia adalah jagoan nomor satu di sekolahnya dan kalau mau tawuran, dia paling suka maju duluan. Wajahnya sangar, suka naik motor gak pakai rem, dan suka ngerokin dagunya pakai uang logam biar terlihat macho. Intinya, dia benar-benar memenuhi kriteria untuk ikut audisi Akademi Preman Indonesia.
Jadi sore itu gue sedang ke rumah Satria untuk mengajaknya bermain sepak bola di lapangan komplek seperti biasanya. Tapi saat gue panggil dia di depan rumahnya, yang keluar malah nyokapnya. Gue melihat raut wajah beliau seperti sedang bingung, lalu gue diminta masuk untuk menemui Satria secara langsung di kamarnya. Awalnya, gue gak punya firasat apa-apa, tapi saat mendekati pintu kamarnya, ada hal aneh yang selama ini gak pernah dia lakukan seperti Satria yang gue kenal. Sayup-sayup terdengar lagu Kangen Band yang ‘Pujaan hati’ sedang berkumandang dari dalam kamarnya. Seketika, gue langsung menampar pipi gue untuk memastikan kalau gue gak bermimpi. Bayangin aja, Satria yang selama ini gue kenal menyukai musik beraliran Rock n’ Roll, tiba-tiba mendengarkan musik yang mendayu-dayu seperti itu. Bisa dibilang, pikiran gue waktu itu ketika Satria mendengar lagu Kangen Band sama terkejutnya seperti gue melihat Dwayne Johnson lagi nari balet.
Awalnya gue berpikir kalau gue salah masuk rumah, tapi setelah membuka pintu kamar Satria, terlihatlah dia sedang bersandar di pojok kamarnya sambil memeluk guling seperti adegan-adegan di sinetron remaja labil yang sedang patah hati. Gue sangat prihatin melihat kejadian itu.
Karena tanda tanya di kepala gue semakin membesar melihatnya seperti itu, gue mulai menghampirinya dan bertanya,
“Lu baik-baik aja, Sat?”
Tanpa berpindah tempat dan hanya menggerakkan tatapannya ke arah gue, dia malah balik bertanya, “Gung, lu percaya kalau di dunia ini cinta yang benar-benar tulus itu ada?”
Deg! Mendengar pertanyaan dari Satria, tiba-tiba badan gue jadi merinding. Gue merasa seperti sedang uji nyali di tempat angker. Seketika gue berpikir kalau Satria sedang kerasukan jin.
Dari kejadian itu, gue mulai serius mendengarkan isi hati Satria tentang apakah cinta yang tulus itu ada atau enggak di dunia ini. Akhirnya gue tau, ternyata dia bertingkah seperti ini karena sehari yang lalu dia habis diputusin ceweknya. Alasannya? Karena si cewek merasa kalau Satria terlalu baik. Lagi-lagi alasan klise untuk alasan putus. Kenapa klise? Karena alasan untuk putus yang biasa cewek berikan ke cowok itu suka gak masuk akal, contohnya seperti "terlalu baik", "gak pengertian", "ingin fokus ujian pembuatan SIM C", dan masih banyak lagi. Padahal dilihat dari kesehariannya, bisa dibilang kalau Satria itu seorang bad boy seperti yang udah gue ceritakan sedikit di atas. Mungkin, Satria harus lebih bad boy lagi untuk mendapatkan hati ceweknya kembali, seperti ikut bergabung menjadi anggota bajak laut Somalia.
Lagu Kangen Band masih berkumandang di kamar Satria, gak terasa udah hampir sejam gue mendengarkannya curhat. Pas awal-awal curhat, dia masih terlihat biasa, tapi lama-kelamaan ada yang mulai berubah dari ekspresi dan tingkah lakunya. Tiba-tiba nada suaranya terbata-bata, dan akhirnya tanpa gue sadari air matanya menetes perlahan membasahi pipinya yang memiliki codet bekas hasil tawuran. Ya, Satria menangis sejadi-jadinya. Alhasil, gue sangat panik dan segera mencari handuk untuk mengelap air matanya. Bukan, bukan karena gue perhatian, tapi karena awkward melihat Satria seperti itu. Ternyata setelah gue cari-cari di sekeliling kamarnya, gak ada anduk yang tergeletak, tapi adanya kain pel.
Satria masih tetap curhat tentang perasaannya ketika gue sedang membersihkan air matanya menggunakan kain pel. Selama dia curhat, yang bisa gue katakan cuma “Oh gitu” dan “Iya, yang sabar ya” supaya dia bisa segera menyelesaikan curhatannya. Ya, gue berkata seperti itu karena gue malas mendengarkan curhatan dari cowok. Beda lagi kalau yang curhat itu Chelsea Islan, baru gue rela bela-belain gak pulang.
Satu setengah jam berlalu sangat cepat, akhirnya Satria mulai diam dan mencoba menenangkan pikirannya. Tanpa basa-basi lagi, secepat mungkin gue langsung keluar dari kamarnya dan berpamitan ke nyokapnya untuk menuju lapangan bola. Gue berpikir, pasti di sana teman-teman gue udah mulai bermain bola dengan asyiknya, sedangkan gue jadi awkward karena habis dari kamar Satria untuk mendengarkan kegalauannya.
Saat menuju lapangan bola, gue malah jadi tertawa sendiri. Satria, yang gue kenal sebagai cowok brandal, ternyata bisa merasakan galau juga karena patah hati. Ya, intinya mau seperkasa apa pun cowok, kalau udah masalah hati yang berbicara, dia pasti akan sadar bahwa hati gak sekuat yang dia pikir.