'Seni Penerjemahan Sastra' oleh Anton Kurnia

Sumber gambar: goodreads.com

Penerjemahan karya sastra, yang sering dikatakan sebagai jembatan antara dua bahasa dan budaya yang berbeda, merupakan seni yang tidak hanya membutuhkan keahlian linguistik, tetapi juga pemahaman mendalam tentang budaya, konteks sejarah, dan estetika sastra. Anton Kurnia, seorang penerjemah yang memiliki pengalaman lebih dari dua puluh tahun, menjelaskan tentang kompleksnya dunia penerjemahan sastra dalam bukunya yang berjudul Seni Penerjemahan Sastra: Panduan, Gagasan, dan Pengalaman. Berawal dari pengalaman dan pergaulannya yang luas dengan sesama penerjemah, Anton memberikan penjelasan mengenai tantangan, strategi, dan gagasan mendalam yang menjadi ciri khas dunia penerjemahan sastra.

Inti dari gagasan Anton terletak pada pengakuannya terhadap kompleksitas yang ada pada penerjemahan. Ia juga setuju dengan pendapat Mikhail Rudnitzky yang menggambarkan "proses penerjemahan itu terkadang seperti seseorang yang harus melukiskan sebuah rumah indah di negara lain, sementara di negaranya sendiri rumah dengan arsitektur seperti itu tidak ada, bahkan seluruh keadaan alamnya pun berbeda". Analogi ini secara jelas merangkum tantangan-tantangan yang dihadapi para penerjemah, yang harus bisa memahami esensi dan latar belakang sebuah karya sastra sehingga bisa disampaikan dengan tepat dalam konteks bahasa dan budaya yang berbeda.

Ilustrasi seseorang sedang mempelajari kata-kata lewat kamus bahasa asing. Kamus adalah salah satu benda yang perlu dimiliki penerjemah.
(Sumber: freepik.com)

Salah satu tantangan utama yang dijelaskan Anton adalah hubungan rumit antara bahasa dan budaya. Bahasa, sebagai cerminan budaya, tidak hanya mencakup kata-kata dan sintaksis, melainkan juga norma, nilai, dan nuansa budaya yang berada di dalamnya. Oleh karena itu, terjemahan yang berhasil harus bisa memahami makna tersirat dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, memastikan bahwa esensi karya asli tetap terjaga dan selaras dengan pemahaman pembaca sasaran. Selain itu, ia menekankan pentingnya kepekaan konteks budaya dalam penerjemahan; dan mendesak para penerjemah untuk menggali lebih jauh makna yang berada di permukaan serta memahami struktur sosio-kultural yang mendasari teks tersebut.

Lebih lanjut, Anton juga berpendapat bahwa penerjemahan harus bisa memahami tentang seni adaptasi dengan memperhatikan kebebasan kreatif dan pertimbangan etis dalam proses penerjemahan. Meskipun kesetiaan terhadap teks asli adalah hal yang terpenting, para penerjemah sering kali dihadapkan pada dilema untuk menyeimbangkan keakuratan literal dan ekspresi artistik ke dalam bahasa tujuan. Ia pun menganjurkan pendekatan adaptasi yang berbeda, yaitu penerjemah didorong untuk melatih kreativitasnya sekaligus tetap setia dengan makna bahasa yang dimaksud oleh si pengarang. Ia menekankan tentang empati dan intuisi dalam penerjemahan, sehingga para penerjemah bisa menyelami batin si pengarang supaya bisa mengilhami terjemahan mereka dengan maksud dan keaslian yang sama.

Selain membahas kompleksitas linguistik dan budaya, Anton juga menyoroti aspek pragmatis penerjemahan, seperti permintaan pasar, kendala penerbitan, dan kemajuan teknologi. Dengan menjamurnya karya sastra secara global dan munculnya media digital, para penerjemah dihadapkan pada tantangan dan peluang baru dalam menjangkau beragam jenis pembaca sehingga industri penerbitan bisa mengikuti perkembangan zaman yang kian maju. Gagasannya tentang aspek praktis penerjemahan memberikan panduan yang sangat berharga bagi calon penerjemah, membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bisa beradaptasi dengan seluk-beluk dunia penerjemahan yang terus berkembang.

Sebagai kesimpulan, Seni Penerjemahan Sastra karya Anton Kurnia memberikan cukup banyak pengetahuan, refleksi, dan panduan praktis bagi siapa saja yang tertarik pada seni dan pekerjaan di dunia penerjemahan sastra. Melalui penjelasannya yang mendalam terhadap kompleksitas yang melekat pada penerjemahan, Anton tidak hanya memperluas pemahaman kita tentang bidang ini, melainkan juga menginspirasi kita untuk memulai perjalanan dalam menemukan makna bahasa dan budaya kita sendiri. Saat kita telah menjelajahi beragam jenis bahasa dan karya sastra, gagasan di buku ini berfungsi sebagai penuntun, menerangi jalan menuju pamahaman dan apresiasi lintas budaya yang lebih luas.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.