Seks bagi manusia bukan hanya tentang reproduksi. Dalam Why Is Sex Fun?, Jared Diamond menunjukkan bahwa kehidupan seks manusia lebih aneh dan kompleks dibandingkan hewan manapun. Kita merupakan makhluk yang berhubungan seks demi menghasilkan keturunan dan juga demi kesenangan, kedekatan, dan bahkan sosial-politik. Lewat pendekatan evolusioner, Jared mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar: Mengapa kita berperilaku seperti ini? Mengapa seks menyenangkan?
Salah satu keunikan paling mencolok adalah manusia melakukan seks secara privat. Mayoritas spesies lain tidak mengenal konsep "malu" dalam seksualitas. Namun, manusia hampir selalu menghindari publikasi saat melakukan hubungan seksual. Ini berkaitan erat dengan evolusi budaya dan struktur sosial manusia yang menekankan monogami jangka panjang serta kemitraan dalam pengasuhan anak.
Jared juga membahas fenomena ovulasi tersembunyi pada perempuan. Tidak seperti kebanyakan mamalia betina yang menunjukkan tanda-tanda kesuburan secara fisik, perempuan tidak memberikan sinyal kapan mereka subur. Akibatnya, hubungan seksual tidak terbatas pada masa subur saja. Ini membuka ruang bagi seks rekreasional—seks untuk kesenangan atau mempererat hubungan, bukan semata-mata demi keturunan. Strategi ini mungkin berkembang untuk mengurangi risiko infanticide di masa lalu dan mendorong keterlibatan jangka panjang dari pasangan laki-laki.
Keunikan lain adalah adanya menopause. Di sebagian besar spesies, betina bisa bereproduksi sepanjang hidupnya. Tapi perempuan manusia berhenti melahirkan di usia tertentu. Secara evolusioner, hal ini tampak tidak masuk akal—mengapa para perempuan dapat kehilangan kemampuan bereproduksi ketika mereka masih bisa hidup bertahun-tahun? Jared menjawabnya dengan hipotesis "grandmother effect": perempuan lanjut usia mungkin lebih berguna bagi kelangsungan gen mereka jika mereka membantu membesarkan cucu dan memberikan pengetahuan ketimbang terus melahirkan anak sendiri.
Pertanyaan yang lebih nyentrik juga dibahas, seperti: mengapa manusia lelaki memiliki penis yang relatif besar dibandingkan mamalia lain? Apakah ini karena preferensi perempuan dalam memilih pasangan? Atau hanya efek samping dari seleksi seksual yang tidak terkendali? Jared memberikan berbagai teori, termasuk “runaway selection” dan teori “handicap”, yang menunjukkan bahwa karakteristik yang tampak tidak efisien pun bisa berkembang jika menjadi simbol kekuatan atau daya tarik.
Ia juga mempertanyakan mengapa lelaki tidak menyusui padahal secara biologis mereka memiliki potensi untuk melakukannya. Jawabannya bukan karena tidak bisa, tapi karena sejauh ini tidak ada tekanan evolusioner yang menuntut lelaki untuk menyusui. Namun, di masa depan, kondisi ini bisa berubah tergantung pergeseran sosial dan teknologi.
Lewat buku ini, Jared Diamond tidak hanya menjawab, melainkan juga menunjukkan bahwa banyak pertanyaan tentang seksualitas manusia belum sepenuhnya terpecahkan. Justru itulah yang membuatnya menarik. Ia menekankan bahwa evolusi manusia tidak hanya membentuk otak kita atau cara kita berjalan, tapi juga cara kita mencintai, berhasrat, dan berelasi.
Buku ini mengajak kita melihat seks bukan sekadar sebagai aktivitas biologis, tapi juga sebagai hasil interaksi kompleks antara evolusi, budaya, dan strategi bertahan hidup. Seks memang menyenangkan, tapi di balik kesenangan itu, tersimpan sejarah panjang adaptasi yang menjadikan kita sebagai manusia.