Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan

Sumber gambar: goodreads.com

Pada 2016 lalu, saya mulai memberanikan diri untuk membaca Madilog karya Tan Malaka yang pernah saya anggap sebagai bacaan "berat". Alasannya karena saya penasaran dengan tokoh pejuang satu ini. Sosoknya yang tidak banyak dibahas di pelajaran Sejarah ketika saya masih sekolah, membuatnya begitu misterius. Alhasil, ketika selesai membaca Madilog, saya terpukau dengan pemikirannya pada konteks saat itu. Melalui buku tersebut, membuat saya jadi tambah penasaran tentang jalan hidupnya. Lalu, baru pada Desember 2020 ini, saya membaca salah satu buku yang membahas tentang perjalanan hidup Tan Malaka via iPusnas.

Buku berjudul Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan yang terbit pada 2010 ini adalah hasil dari para jurnalis Tempo yang berhasil mengumpulkan data serta mewawancarai beberapa orang yang pernah terlibat atau bertemu Tan Malaka. Ia adalah anak rantau dari Sumatera Barat yang bisa mendapatkan akses pendidikan ke Belanda. Di sana, ia bertemu dengan orang-orang yang dirasa memiliki ideologi berbeda-beda, sehingga ia mulai tersadar untuk mempraktikkan pemikirannya di negerinya sendiri. Karena merasa imperialisme Belanda telah menggerogoti kekayaan alam dan hak-hak masyarakat Hindia Belanda, maka ia berpikir bahwa ideologi komunisme sangat cocok untuk disebarkan supaya masyarakat tidak tertindas dan bisa sama-sama menikmati kekayaan alam serta kerja keras mereka selama ini. Meskipun demikian, karena pemikirannya tersebut, ia menjadi buronan bagi Pemerintah di Hindia Belanda maupun di luar negeri, sehingga membuatnya harus berpindah-pindah negara. Selain itu, selama masa pelarian, ia juga menulis beberapa buku, salah satunya yang berjudul Menuju Republik Indonesia, yang menjadi buku bacaan favorit Sukarno. Tak dimungkiri, keterlibatan Tan Malaka terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia memang sangat penting, meskipun saya tidak menyetujui ideologi yang ia anut. Namun, setelah pelarian dan perjuangan panjang yang ia jalani, ia meninggal di tangan bangsanya sendiri pada 1949.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.