Sumber gambar: newcitiesfoundation.org
Di kota-kota besar, salah satunya DKI Jakarta, ada jadwal khusus yang biasa dilakukan oleh masyarakat di sana pada hari Minggu pagi untuk berolahraga atau sekadar berjalan santai. Jadwal tersebut bernama Car Free Day (CFD) atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor. Jadi, di sana kita bisa berjalan kaki, bersepeda, memakai papan seluncur (skateboard), atau melakukan olahraga lain seperti badminton di jalan-jalan besar tanpa takut tertabrak kendaraan yang dipacu secara tidak santai seperti pada hari-hari sibuk.
Berbicara tentang CFD dan berjalan santai di Minggu pagi, saya dan tiga teman dekat lainnya habis melakukan kegiatan tersebut.
Rencana ber-CFD ria di Jakarta memang sudah kami diskusikan sekitar seminggu yang lalu di grup WhatsApp. Alasannya, kami sudah lama tak berolahraga bersama-sama sejak kami sibuk menyusun skripsi, sampai di antara kami sudah ada yang lulus kuliah. Saat masih menjadi mahasiswa semester-semester awal dahulu, olahraga yang kami lakukan biasanya adalah bermain futsal bersama teman sekelas atau sejurusan. Sayangnya, kebanyakan teman-teman kami di kampus juga sudah sibuk dengan tugas akhir dan sulit untuk mengatur jadwal bermain futsal bersama, bahkan sudah ada yang lost-contact. Dengan begitu, berjalan santai saat CFD memang menjadi pilihan yang bagus.
Untuk kegiatan CFD yang saya ikuti, ini adalah yang keempat kalinya. Pertama kali saya merasakan CFD di Ibukota adalah pada April 2013 ketika saya dan beberapa teman di kampus mengikuti acara komunitas yang diadakan di sana. Setelah itu, saya juga pernah mengikuti CFD bersama teman-teman kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata) untuk mencari uang dengan memamerkan keahlian bermusik (baca: mengamen) sebagai tambahan dana yang akan kami pakai untuk kegiatan sosial di desa yang kami pilih.
Kembali ke topik utama. Tanggal pun diputuskan bahwa kami akan melakukan kegiatan tersebut pada 30 April 2017. Seharusnya kami berlima, tetapi salah satu teman kami bernama Padel tidak bisa ikut karena sedang sibuk bekerja mencari segenggam berlian dan sebongkah emas, sehingga yang ikut adalah saya, Alfan, Deny, dan Ijal.
Supaya waktu keberangkatan bisa sepagi mungkin dan kami bisa langsung berangkat bersama tanpa saling menunggu, kami menginap di rumah Deny yang berada di Ciputat. Ketika matahari sudah memunculkan sinarnya dari timur dan burung-burung mulai mencicit yang menandakan itu adalah pagi, kami bersiap berangkat menuju Ibukota.
Sekitar pukul enam pagi, kami sudah berada di jalan besar di daerah Kampung Utan untuk memberhentikan bus─yang di sisi kanan dan kirinya bertuliskan SATNAOK AMIB─yang akan mengantar kami ke daerah Ibukota. Di perjalanan, ternyata jantung kami sudah dibuat ngos-ngosan oleh si supir. Bagaimana tidak, dia mengemudikan bus seperti sedang melakukan aksi balapan dan nampaknya dia juga anti memakai rem. Itu sebabnya kami bisa melihat seorang perempuan yang sedang menyebrang jalan hampir saja tertabrak oleh bus yang kami naikki. Saya dan tiga teman lainnya hanya bisa diam sambil menunjukkan raut wajah cemas dan berharap perempuan tadi bisa berpikir seribu kali di lain hari saat ingin menyebrang di jalan yang ramai kendaraan; karena kebanyakan jalan raya di Ibukota memang tak ramah terhadap pejalan kaki.
Kami pun turun di depan Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Sayangnya ketika kami masuk ke area GBK, ada tulisan bahwa sedang ada renovasi di sana, sehingga area yang biasa dipakai untuk berolahraga ditutup dan dialihkan ke tempat lain. Mengetahui hal tersebut, kami langsung berjalan santai menuju Bundaran HI.
Suasana di Bundaran HI saat Car Free Day memang luar biasa ramai. Ramai dengan mereka yang memang niat berolahraga, yang niat berjualan, yang niat mencari jodoh, yang mengadakan acara promosi suatu produk, atau secara sembunyi memanfaatkan suasana ramai tersebut untuk menyebarkan paham-paham tertentu. Kami pun menikmati segala momen yang disediakan di sana sampai keringat di dalam tubuh kami keluar akibat sinar matahari pagi.
Tak terasa, ternyata matahari semakin terik di atas sana. Kami yang sudah berjalan santai lumayan jauh dan merasa bahwa sudah cukup berolahraga di hari itu, memutuskan untuk kembali ke Ciputat dengan menaikki kereta listrik dari Stasiun Sudirman.
***
Setelah dari CFD, badan saya jadi terasa segar. Itu disebabkan karena ketika di rumah atau kamar kos, olahraga yang sering saya lakukan adalah olahraga jari (baca: menekan tombol di joystick saat bermain video game), sehingga ketika ada yang mengajak berolahraga bersama-sama memang sebisa mungkin harus ikut. Ya, tidak ada salahnya mengisi hari Minggu pagi dengan berjalan santai sambil menikmati indahnya Ibukota sejenak tanpa kendaraan bermotor yang berlalu-lalang.