Gue baru saja selesai membaca novel klasik abad 19 yang berjudul ‘Max Havelaar’ karya Multatuli. Gue membeli buku tersebut di pertengahan bulan Februari 2015 lalu saat berkeliling di rak-rak Gramedia─karena saat membeli buku, terkadang gue gak mempersiapkan ingin membeli buku apa. Melihat beberapa buku yang dipajang─yang kebanyakan adalah buku-buku novel teenlit─gue merasa bosan dengan genre buku tersebut, jadi gue ingin mencari buku yang lebih “serius” dan menambah wawasan gue. Dan secara gak sadar, gue berdiri di depan rak buku bagian novel-novel klasik. Dari sana gue melihat salah satu buku yang gak asing menurut gue. Ya, buku yang sudah gue katakan di awal, 'Max Havelaar'.
‘Max Havelaar’ adalah judul buku yang pernah gue baca dari salah satu bab di buku paket pelajaran Sejarah saat SD. Dalam buku paket itu, seingat gue, mengatakan kalau buku yang ditulis Multatuli (atau nama sebenarnya adalah Eduard Douwes Dekker) merupakan buku yang fenomenal pada zamannya karena berisi tentang kekejaman para penjajah Belanda dan pejabat pribumi yang menindas rakyat kecil di daerah Lebak, Banten. Kekejaman tersebut sebenarnya gak banyak yang mengetahui, tapi karena buku yang ditulis dari Multatuli itulah akhirnya bisa terungkap.