HOEGENG: Polisi dan Menteri Teladan

Sumber: goodreads.com

Membaca kisah hidup Hoegeng yang ditulis oleh Suhartono di buku ini memang sungguh menginspirasi. Bagi Hoegeng, prinsip dalam memegang amanah jabatan adalah yang utama. Bisa saja ia dan keluarganya menikmati fasilitas mewah yang diberikan negara. Namun, ia tegas menolak jika itu dirasa berlebihan dan cenderung ada maksud KKN (kolusi, korupsi, nepotisme). Bahkan, anak-anaknya sendiri pun sering kesal akibat sikap sang ayah yang dirasa terlalu kaku dalam mempertahankan prinsipnya. Seperti salah satu kisah anaknya yang ingin masuk tentara. Ketika ia ingin meminta tanda tangan Hoegeng—yang saat itu menjabat sebagai Kapolri—untuk persetujuan, Hoegeng menolak untuk melakukannya. Sebab, para petinggi tentara pasti mengetahui bahwa Hoegeng adalah pejabat, sehingga kemungkinan besar anaknya akan mendapatkan privilese dan kemudahan dalam mengikuti tes masuk tentara.

Selain itu, prinsip Hoegeng juga masih tertanam kuat ketika ia sudah tidak menjadi pejabat negara karena ia bergabung ke dalam anggota Petisi 50 sebagai sikap protesnya terhadap pemerintahan Suharto. Gara-gara itu, kehidupan Hoegeng dan keluarganya jadi dipersulit oleh negara. Seakan-akan jasa Hoegeng ketika masih menjadi pejabat yang menjunjung tinggi kejujuran tidak dianggap sama sekali. Lantas, ketika ia ditanya di mana ia akan dikuburkan ketika wafat, ia menjawab bahwa ia tidak ingin dikuburkan di makam pahlawan, melainkan di pemakaman biasa sehingga ia nanti bisa berdekatan dengan sang istri.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.