The Metamorphosis and Other Stories


Berisi kumpulan cerpen pilihan karya Kafka dan yang menjadi fokus saya berjudul Metamorphosis, In the Penal Colony, dan A Country Doctor: Short Prose for My Father.

Metamorphosis berkisah tentang seorang lelaki bernama Gregor Samsa yang pada suatu pagi, tubuhnya tiba-tiba menjadi kecoak besar. Meskipun begitu, ia malah lebih mempedulikan pekerjaannya yang tak bisa ia lakukan lagi karena tubuhnya yang sulit digerakkan. Ia khawatir tak dapat lagi menghasilkan uang dan mencukupi kedua orang tua dan saudara perempuannya. Di sisi lain, keluarganya malah merasa perubahan Samsa terasa menjijikkan dan ia tak pantas lagi berada di rumah. Mereka pun memperlakukannya dengan semena-mena dan kejam. Padahal, selama ini Samsa sudah bekerja keras untuk menafkahi mereka.

Ilustrasi Gregor Samsa yang menjadi kecoak besar. (Sumber: siue.edu)

In the Penal Colony berkisah tentang kunjungan pelancong yang sedang melihat mesin hukuman. Di sana, ada perwira yang siap menjalankan mesin tersebut untuk menghukum seseorang yang telah kurang ajar kepada pimpinannya. Yang dirasa aneh adalah bahwa si tersangka tak diberi kesempatan untuk membela diri. Kemudian, terjadilah percakapan antara si pelancong dan perwira mengenai awal terbentuknya mesin hukuman tersebut.

A Country Doctor: Short Prose for My Father bercerita tentang seorang dokter yang pada malam bersalju mendapatkan panggilan untuk menyembuhkan seorang anak. Untuk berangkat ke tempat tujuan, ia memerlukan kereta kuda; tetapi pembantu perempuannya sudah berusaha untuk mencari dan tak satu pun yang ia temukan, kuda milik si dokter telah mati akibat kedinginan. Namun, tiba-tiba ada seseorang misterius yang muncul di dekat kandang babi miliknya. Ia menawarkan kudanya untuk dipakai. Lantas, kisah ganjil pun dimulai.

***

Bagi saya yang baru mengenal Franz Kafka ketika berkuliah di Jurusan Sastra Inggris, ia mampu menggambarkan birokrasi kehidupan yang memang ruwet. Ia juga suka membuat kisah dengan menuliskannya secara penuh keraguan, kemudian melemparkannya kembali ke pembaca dengan sisi sinis. Akhir dari ceritanya hampir selalu anti-klimaks—beberapa juga ada yang menggantung—tetapi, saya malah tetap membacanya sampai habis.

Tidak seperti kebanyakan buku “klasik” lainnya yang ditulis, gaya dan nada penulisan Kafka cukup modern dan mudah diikuti. Namun, ia menyisakan ruang yang cukup untuk saya interpretasi; ia mengisyaratkan, bukan menjelaskan. Ia menunjukkan, bukan memberitahu. Jadi, ketika saya akhirnya selesai membaca kisahnya, saya pun berbaring dan mempertanyakan semua yang baru saja saya baca.

Jika kamu belum membaca karya Kafka, saya merekomendasikan untuk mencoba The Metamorphosis and Other Stories ini. Di sini, memang lebih banyak cerita pendek dibandingkan novelanya. Lantas, setelah membaca beberapa cerita, kamu jadi akan tahu apakah kamu menyukai gaya penulisannya yang absurd atau tidak.

Dan meskipun Metamorphosis—karyanya yang paling terkenal—ada di dalam koleksi cerita ini dan menjadi salah satu dari tiga yang saya ulas di atas, saya menyarankan kamu untuk mencoba cerita lainnya. Cerita-cerita lainnya mungkin tidak semuanya melibatkan kecoak raksasa—tetapi banyak yang pasti akan membuatmu berpikir dengan ekspresi:

"Anjir, cerita apaan nih yang barusan gue baca?!"

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.