Setelah sekitar tiga bulan lebih gue menjalani sebuah hubungan yang bernama LDR, dengan sangat terpaksa kini harus berakhir. Kalau misalnya ada yang belum tahu hubungan LDR gue dengan (mantan) pacar gue, bisa baca di postingan gue sebelumnya.
LDR... seperti kepanjangannya yang ber-arti Long Distance Relationship merupakan sebuah hubungan yang harus rela menahan rasa kangen untuk bertemu karena jarak dan waktu yang memisahkan. Seperti itulah yang gue rasakan beberapa waktu lalu. Gue yang sekarang berstatus sebagai mahasiswa harus rela meninggalkan (mantan) pacar gue yang berada di SMA tempat gue bersekolah dulu.
Kalau gue boleh flashback, sebenarnya sewaktu gue menyatakan isi hati gue ke si (mantan) pacar, gue tahu kalau LDR itu sudah menanti di depan mata. Tapi yang gue suka darinya adalah... sebelum dia menerima dan mengatakan “iya” atas pertanyaan dari isi hati gue itu, dia berkomitmen kalau gue harus siap dengan segala hal yang sewaktu-waktu bisa menjadi kendala untuk hubungan kami. Beberapa komitmen yang kami setujui adalah... 1) Hubungan jarak jauh sudah pasti harus kami terima; 2) Dia bukan tipe wanita yang boleh keluar seenaknya tanpa izin orangtua. Jadi, kalau misalnya gue mau mengajak dia jalan, gak boleh sampai terlalu sore; dan 3) Harus ada perasaan terbuka dan saling percaya satu sama lain. Jadi kalau misalnya kami punya masalah, masalah yang sedang kami hadapi itu kami cari solusinya supaya bisa kembali baik seperti semula. Yah, komitmen itu memang sangat penting untuk membangun sebuah hubungan yang harmonis.