Titik Balik bagi Manchester United dan Krisis bagi Liverpool

Manchester United berhasil mengalahkan Liverpool di Anfield dengan skor 1-2.
(Sumber gambar: x.com/premierleague)

Pertandingan Liga Primer Inggris antara Liverpool dan Manchester United di Anfield pada Minggu (19/10/2025) menjadi momen yang membuat kompetisi semakin seru. MU berhasil meraih kemenangan dramatis 2-1 atas juara bertahan Liverpool,sehingga mengakhiri puasa kemenangan mereka di kandang sang rival abadi selama hampir satu dekade. Gol pembuka Bryan Mbeumo di detik ke-63, disusul gol Harry Maguire di menit ke-84, memberikan tiga poin berharga bagi MU dan memantik semangat baru ke dalam era manajerial Ruben Amorim. Di sisi lain, kekalahan ini memperburuk rentetan empat kekalahan beruntun Liverpool di semua kompetisi, menimbulkan pertanyaan serius tentang krisis yang sedang melanda tim asuhan Arne Slot.

Pertandingan dimulai dengan intensitas tinggi dan kontroversi yang langsung mewarnai jalannya laga. Gol pembuka MU dicetak oleh Mbeumo setelah Alexis Mac Allister mengalami cedera kepala akibat benturan tidak sengaja dengan rekan setimnya, Virgil van Dijk. Saat itu, Mac Allister tergeletak di lapangan, dan pemain Liverpool mengharapkan wasit Michael Oliver menghentikan permainan. Namun, Oliver memutuskan untuk melanjutkan, meskipun aturan mensyaratkan penghentian jika terjadi cedera kepala serius. Keputusan ini menuai protes dari kubu Liverpool, dengan Slot yang terlihat mengeluhkan hal tersebut kepada asisten wasit. Mac Allister akhirnya harus bermain dengan perban di kepala sepanjang pertandingan. Kontroversi ini menyoroti isu keselamatan pemain pada sepak bola modern, ketika keputusan wasit sering kali menjadi penentu hasil. Bagi MU, gol awal ini menjadi penyuntik kepercayaan diri, sementara Liverpool terlihat lemah secara defensif sejak awal.

Di balik kemenangan ini, lini depan MU menunjukkan adaptasi yang cerdas di bawah arahan Amorim. Meskipun sempat menimbulkan kebingungan di kalangan suporter karena absennya Benjamin Šeško, Amorim memilih trio Matheus Cunha, Mbeumo, dan Mason Mount, dengan Amad sebagai senjata rahasia dari sayap kanan. Strategi ini terbukti efektif: MU mampu mengeksploitasi kelemahan Liverpool dalam duel udara dan transisi cepat. Cunha dan Mbeumo memimpin pressing di lini depan, sementara Mount berperan untuk menstabilkan pertahanan. Hasilnya, MU tampil tangguh, beralih antara formasi 5-3-2 ketika menyerang dan 5-4-1 ketika bertahan. Kiper baru MU, Senne Lammens, juga menjadi pahlawan dengan penyelamatan krusial, termasuk menghentikan tendangan Alexander Isak. Penampilan ini menandai momen ketika lini depan MU mulai terlihat "matang", sehingga memberikan harapan bagi suporter setelah awal musim yang buruk.

Di kubu Liverpool, Cody Gakpo menjadi simbol dari penampilan yang tidak konsisten. Penyerang asal Belanda ini mencetak gol penyama kedudukan di menit ke-78 melalui umpan silang Federico Chiesa. Namun, Gakpo juga mencatatkan rekor negatif sebagai pemain keenam di sejarah Liga Primer Inggris yang mengenai tiang gawang tiga kali atau lebih dalam satu pertandingan. Dua tendangan kerasnya dan satu umpan silang yang terdefleksi semuanya membentur tiang, sementara peluang emas di akhir laga (sundulan bebas di depan gawang kosong) justru melebar. Meskipun ada faktor ketidakberuntungan, kegagalan Gakpo dalam memanfaatkan peluang menyoroti masalah ketajaman Liverpool secara keseluruhan. Sementara itu, Alexander Isak, rekrutan termahal Liverpool, terus mengecewakan. Sebab, hanya satu peluangnya yang nyaris menghasilkan gol sebelum diselamatkan Lammens. Kurangnya ruang gerak Isak mencerminkan masalah Liverpool dalam menembus pertahanan ketat lawan.

Kemenangan ini memiliki arti mendalam bagi Ruben Amorim, yang akhirnya meraih dua kemenangan beruntun di Liga Primer Inggris setelah 34 pertandingan. Amorim berhasil mengidentifikasi kelemahan Liverpool dan mengeksploitasinya dengan taktik mumpuni, meskipun MU sempat kehilangan kendali di babak kedua. Gol Maguire dari umpan Bruno Fernandes menjadi puncak kekuatan tim, diikuti perayaan meriah di tribun tamu. Bagi MU, yang kini hanya tertinggal dua poin dari Liverpool, hasil ini membawa momentum positif dan menghilangkan label "krisis" yang sempat melekat.

Sebaliknya, kekalahan ini memperburuk krisis Liverpool. Tim yang pernah unggul lima poin di puncak klasemen kini tergelincir ke posisi keempat, tertinggal empat poin dari Arsenal. Rentetan empat kekalahan beruntun (termasuk yang paling menyakitkan karena dikalahkan MU di Anfield) menunjukkan kelemahan pertahanan dan ketidakefektifan serangan. Liverpool sering kebobolan lebih dulu dan gagal untuk membalikkan keadaan, meskipun menciptakan banyak peluang.

Secara keseluruhan, pertandingan di Anfield ini merupakan titik balik bagi kedua tim. Bagi MU, ini adalah penyuntik kepercayaan diri bagi Amorim dan bukti bahwa strategi mereka mulai berhasil. Sementara itu, Liverpool menghadapi krisis nyata yang mengancam pertahanan gelar mereka. Sebab, sepak bola adalah olahraga yang dinamis, ketika satu kemenangan bisa mengubah hasil akhir dalam kompetisi. Namun, jika Liverpool tidak segera mengevaluasi kekurangan mereka, mereka pun berisiko kehilangan momentum, sementara MU siap memanfaatkan celah tersebut untuk bangkit di musim ini.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.