Memikirkan tentang Masa Depan, Terkadang Memang Melelahkan

Awan tebal di kepala sebagai ilustrasi seseorang sedang mengalami kekhawatiran, salah satunya tentang masa depan.
(Sumber gambar: freepik.com)

Kehidupan, dengan segala kompleksitasnya, menghadirkan cukup banyak kesempatan dan tantangan bagi kita. Namun, ada masa ketika kekhawatiran tentang masa depan muncul ke dalam pikiran, membuat kita jadi lelah dan—jika terus dipikirkan—akan membuang tenaga. Pada saat seperti inilah kita mendapati diri bergulat dengan rasa lelah yang mendalam, merasa pesimistis untuk menjalani masa kini sepenuhnya karena ketidakpastian yang akan terjadi di masa depan.

Dalam usaha mengejar kesuksesan dan kepuasan hidup yang tanpa henti, masyarakat sering memberikan tekanan besar pada individu agar mengambil jalan yang sesuai dengan gagasan yang dimiliki kebanyakan orang. Baik itu perjalanan karier, pencapaian akademis, atau tujuan pribadi, menimbulkan harapan supaya terus unggul dalam aspek kehidupan yang malah menjadi hal yang menakutkan. Akibatnya, rasa takut gagal terhadap ekspektasi yang kita bangun malah bermanifestasi sebagai sumber kecemasan yang muncul terus-menerus, menguras energi dan optimisme bagi seseorang yang menjalani hidup di masa kini.

Selain itu, kehidupan modern yang membuat kita bisa terhubung dengan banyak arus informasi, bisa memperburuk perasaan sehingga menjadi khawatir dan lelah. Dari platform media sosial, meskipun salah satu fungsinya untuk membangun hubungan dan komunikasi, malah sering dijadikan tempat ajang pamer kesuksesan dan perbandingan diri. Karena konten yang diunggah seseorang di sana sering menampilkan kesuksesan dan gaya hidup hedonisme, terkadang membuat individu lain merasa rendah diri dan tidak berharga; melanggengkan siklus kecemasan ketika standar hidup yang sudah dipasang, ternyata masih sangat jauh dicapai.

Ketidakpastian ekonomi, meningkatnya biaya hidup, dan kurangnya lapangan pekerjaan, menambah kompleksitas dari permasalahan ini. Tekanan untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil, menaikki jenjang karier di perusahaan, atau memutuskan untuk jadi pengusaha bisa sangat menguras pikiran, membuat individu bergulat dengan ketidakstabilan finansial dan masa depan yang tak pasti. Akibatnya, usaha mengejar kesuksesan yang tiada henti beriringan dengan kelelahan yang terus-menerus. Sebab, seseorang akan mengorbankan kenyamanan di saat ini demi mengejar keamanan dan kenyamanan di masa depan yang sulit diprediksi.

Di samping tekanan eksternal, keyakinan dan ekspektasi yang dipaksakan oleh diri sendiri memainkan peran penting dalam memperburuk perasaan khawatir tentang masa depan. Merasa diri ini untuk selalu mengejar kesempurnaan yang tanpa henti serta didorong keinginan yang tak pernah puas untuk mendapatkan validasi dan persetujuan orang lain, bisa membuat kita merasa kurang dan tidak bisa menikmati hidup. Membuktikan kelayakan dan kemampuan seseorang bisa menjadi beban yang terlalu berat untuk ditanggung, menguras energi, dan mengurangi kapasitas seseorang untuk mensyukuri pencapaian hidup di masa sekarang.

Akan tetapi, di tengah gejolak kelelahan dan kegelisahan, kita masih memiliki kesempatan untuk berintrospeksi dan lebih menyayangi diri sendiri. Penting untuk menyadari bahwa usaha mencapai keinginan masa depan adalah hal yang tidak pasti sehingga jangan sampai mengorbankan kebahagiaan yang bisa dinikmati pada saat ini. Dengan menumbuhkan kesadaran dan menerapkan konsep penerimaan diri bisa membantu seseorang mengatasi kompleksitas hidup dengan sebaik mungkin. Selain itu, belajar melepaskan ilusi atau membandingkan diri dengan orang lain dan menerima ketidakpastian yang melekat dalam hidup, kita bisa membebaskan diri dari belenggu kekhawatiran tentang masa depan, sehingga memungkinkan kita untuk menerima pencapaian dan proses diri pada saat ini.

Memupuk dan mengapresiasi kebahagiaan sederhana dalam hidup dapat menjadi obat ampuh terhadap perasaan lelah dan cemas. Dengan mengalihkan fokus dari kekhawatiran masa depan ke rasa syukur saat ini, kita bisa menumbuhkan kepuasan yang lebih dalam. Terlibat dalam aktivitas yang menyehatkan jiwa dan mengisi kembali semangat, baik itu menghabiskan waktu dengan membangun hubungan bermakna dengan orang-orang terdekat, menghabiskan waktu di alam terbuka, serta melatih kesadaran dalam mensyukuri hal-hal kecil, bisa membantu kita memulihkan diri di tengah keruwetan hidup.

Selain itu, dengan mencari dukungan dari orang-orang terpercaya, seperti anggota keluarga atau pasangan hidup, serta ahli kesehatan mental bisa memberikan panduan dan sudut pandang yang berharga selama menjalani masa-masa sulit. Begitu juga dengan sikap terbuka terhadap ketakutan dan kelemahan di dalam diri dapat menjadi pelepasan emosi negatif, memungkinkan kita untuk menumbuhkan kekuatan dalam menghadapi ketidakpastian. Bersama-sama, kita bisa menciptakan budaya saling memahami, ketika kerentanan hidup diekspresikan, dan seseorang mendapatkan dukungan dalam perjalanan menuju penemuan dan pertumbuhan diri.

***

Pengalaman yang membuat kita lelah dalam menjalani hidup karena kekhawatiran tentang masa depan, merupakan perasaan yang dirasakan oleh banyak orang. Perasaan untuk selalu mengejar kesuksesan dan tekanan dalam memenuhi ekspektasi masyarakat bisa membuat kita merasa lelah dan terjebak dalam siklus kekhawatiran. Namun, dengan memupuk rasa syukur, kesadaran diri, dan mencari dukungan ketika kondisi kita membutuhkan, kita bisa mengalihkan kompleksitas dan ketidakpastian hidup menjadi renungan dan evaluasi diri. Pada akhirnya, dengan menikmati kebahagiaan-kebahagiaan sederhana yang kita rasakan pada saat ini, dapat menjadi katarsis di tengah kondisi pikiran yang sering cemas dengan masa depan, sehingga kita bisa mendapatkan kembali kekuatan supaya bisa menghadapi kompleksitas hidup yang sering menghampiri.
Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.