Memahami sistem politik yang ada di dunia, khususnya Indonesia, memang begitu kompleks. Dari buku Politik Jatah Preman karya Ian Douglas Wilson ini, saya jadi mendapatkan informasi baru tentang peran preman atau ormas yang ternyata ikut berperan dalam membentuk suasana politik di Indonesia, terutama di DKI Jakarta.
Wilson menjelaskan sebenarnya peran preman atau para jagoan sudah ada sejak zaman kolonialisme Belanda. Namun, para preman tersebut bisa beradaptasi dengan perubahan politik sehingga eksistensi mereka masih tetap bertahan sampai sekarang. Dengan membentuk suatu ormas keagamaan, nasionalisme, atau etnis, mereka menggunakan kekerasan untuk menguasai wilayah tertentu. Wilayah tersebut, yang di buku ini dibatasi hanya di Jakarta, akan mereka kelola untuk dijadikan lahan bisnis, seperti jasa keamanan, parkir, atau penagih utang.
Akan tetapi, karena pertumbuhan ormas tersebut semakin hari semakin banyak anggotanya, tak jarang membuat Pemerintah Indonesia kewalahan mengurusi mereka. Contohnya ormas keagamaan yang suka mempersekusi secara barbar bagi mereka yang dirasa menyalahi aturan agama mayoritas, kemudian ormas etnis yang merasa sebagai "orang asli" Jakarta dan memandang curiga para pendatang dari luar daerah. Kemudian, sejauh buku ini ditulis, Pemerintah Indonesia hanya bisa mengendalikan supaya aksi mereka tidak sering mengakibatkan kerusuhan. Namun, bagi politisi, ternyata peran para anggota ormas tersebut sangat berpengaruh untuk mendapatkan suara alias dijadikan "kendaraan" politik untuk membawa politisi tersebut menjadi anggota DPR atau yang lebih tinggi menjadi Presiden.
Dengan demikian, bagi kamu yang ingin mengetahui tentang sistem politik dari orang-orang pinggiran yang suka memakai kekerasan untuk merebutkan wilayah kekuasaan, buku ini bisa menambah sudut pandang baru untuk itu. Sebab, saya merasa jika masuk politik, para politisi pun tanpa ragu akan menggunakan cara "kotor" jika itu bisa melancarkan tujuannya untuk berkuasa.