Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri


Ketika melihat buku berjudul Kierkegaard dan Pergulatan Menjadi Diri Sendiri di salah satu aplikasi belanja daring, saya langsung tertarik dengan judulnya. Alasannya, di umur saya yang sudah mencapai lebih dari dua puluh ini, saya suka merasa khawatir tentang masa depan saya, bahkan sampai mempertanyakan tentang keadaan diri saya sekarang. Setelah saya yakin buku tersebut memang cocok untuk dibaca, saya pun membelinya.

Setelah buku tersebut sampai di tangan saya dan sekitar seminggu kemudian selesai dibaca, saya mendapatkan kesimpulan bahwa Kierkegaard adalah filsuf pertama yang membahas tentang eksistensialisme dan mengkritik cara berfilsafat Hegel yang dirasa begitu kaku. Ia berpendapat bahwa kebenaran itu bersifat subyektif karena manusia memiliki pergulatan diri atau batin yang berbeda-beda. Selain itu, ia setuju bahwa manusia hanya bisa berusaha untuk mendekati kebenaran yang obyektif. Alasannya, kebenaran yang benar-benar obyektif itu hanya dimiliki oleh Yang Maha Mengetahui.

Dengan demikian, Kierkegaard mengamini bahwa salah satu fase di dalam diri manusia adalah ketika ia mulai mencoba mencari "kebenaran" bagi dirinya sendiri karena ada pergulatan yang muncul di batin dan pikirannya. Contohnya, ketika saya masih anak-anak sampai remaja, memikirkan tentang masa depan itu cukup mudah; seperti ketika bercita-cita menjadi astronaut, tinggal bayangkan saja atau menonton tayangan tentang profesi tersebut, saya pun jadi senang dan semangat. Namun, ketika memasuki usia dewasa, memikirkan masa depan adalah hal yang memang penuh pertimbangan dan, tak jarang, sungguh sulit untuk menentukan pilihan. Saya tak bisa begitu saja memutuskan, misalnya, menjadi astronaut karena pendidikan saya saja tidak mendukung untuk itu. Lantas, saya pun harus memilih profesi atau segala hal yang realistis dan sesuai dengan kemampuan saya saat ini.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.