“Yah?”suara si anak memecah keheningan.
“Iya, Nak. Ada apa?” si ayah meletakkan secangkir kopi yang baru saja ia minum sedikit ke atas meja yang ada di depannya, kemudian menatap anaknya dengan wajah penasaran.
“Apakah setiap kebahagiaan yang kita rasakan di dunia ini bersifat abadi?” si anak bertanya dengan wajah polos, kemudian ia meminum jus jeruk yang mulai mengeluarkan embun di permukaan luar gelas. Ah, segarnya.
Si ayah terkejut dengan pertanyaan anaknya. Mengapa tiba-tiba anakku bertanya seperti itu? kata si ayah dalam hati.
“Kebahagiaan yang terjadi di dunia ini hanya bersifat sementara, Nak, karena kita hidup di dua waktu; di dunia dan akhirat. Dan di akhirat-lah, kita akan bisa menikmati kebahagiaan yang abadi,” jawabnya singkat. Ia tidak mau menjawab terlalu banyak, takut anaknya menjadi bingung.