3 Istilah Baru di Tengah Krisis Indonesia: ''17+8'', ''Brave Pink'', dan ''Hero Green''

Tiga warna yang menjadi simbol perlawanan.

(Sumber gambar: x.com/alizakusuma)

Di tengah gelombang protes yang terjadi di Indonesia sejak akhir Agustus 2025, muncul tiga istilah yang menjadi perhatian publik: "17+8", "Brave Pink", dan "Hero Green". Ketiga frasa ini merupakan simbol yang mencerminkan kegelisahan, keberanian, dan harapan rakyat Indonesia. Melalui media sosial, ketiganya telah menjadi bahasa baru politik rakyat, menggema dari jalanan hingga linimasa digital. Esai ini akan menguraikan makna dari ketiga simbol tersebut berdasarkan dinamika sosial dan politik yang melatarbelakanginya.

Tuntutan 17+8: Suara Rakyat di Era Digital

Angka "17+8" bukanlah sekadar hitungan matematis, melainkan representasi aspirasi rakyat yang lahir dari kekecewaan terhadap kondisi politik dan sosial di Indonesia. Angka "17" merujuk pada daftar tuntutan jangka pendek yang menuntut respons pemerintah paling lambat 5 September 2025. Tuntutan ini mencakup penyelidikan independen atas kasus kematian Affan Kurniawan, penghentian kriminalisasi demonstran, hingga pembatalan kenaikan tunjangan DPR. Sementara itu, angka "8" mewakili tuntutan jangka panjang dengan tenggat hingga 31 Agustus 2026, yang menyoroti isu struktural seperti reformasi DPR, penguatan lembaga pengawas, dan kebijakan perpajakan yang lebih adil.

View this post on Instagram

A post shared by Think Policy (@thinkpolicyid)

Selengkapnya bisa dipantau melalui tautan ini: https://rakyatmenuntut.net/

Makna "17+8" terletak pada kemampuannya merangkum keresahan kolektif dalam format yang sederhana. Angka-angka ini mengingatkan kita pada 17 Agustus, hari kemerdekaan Indonesia, seolah menyiratkan bahwa rakyat sedang menagih janji kemerdekaan yang belum sepenuhnya terwujud. Melalui media sosial, seperti Instagram, TikTok, dan X, frasa ini menyebar luas, didorong oleh para influencer seperti Jerome Polin dan Abigail Limuria. Fenomena ini menunjukkan bagaimana platform digital telah menjadi arena baru demokrasi partisipatif, di mana setiap orang bisa menyuarakan aspirasi dengan membagikan ulang unggahan atau menambahkan caption pribadi. "17+8" pun bukan hanya daftar tuntutan, tetapi juga cermin kekecewaan rakyat terhadap elite politik yang dianggap semakin jauh dari rakyat.

Brave Pink: Keberanian dalam Kelembutan

Sosok ibu berjilbab pink yang menjadi simbol warna keberanian.

(Sumber: x.com/emnuy)

"Brave Pink" lahir dari momen ikonik pada 28 Agustus 2025, ketika seorang ibu berjilbab pink berdiri tegak menghadapi barikade polisi sambil mengibarkan bendera Merah Putih. Sosok ini menjadi simbol keberanian perempuan biasa yang menolak dibungkam. Warna pink, yang selama ini identik dengan kelembutan, menjelma sebagai lambang perjuangan moral yang mengakar pada kasih dan empati. Dalam hitungan jam, warganet ramai mengadopsi nuansa pink untuk foto profil mereka, menjadikannya simbol solidaritas yang inklusif.

Makna "Brave Pink" terletak pada kemampuannya mendefinisikan ulang keberanian. Keberanian tidak melulu tentang sesuatu yang besar atau gaduh, tetapi bisa muncul dari tindakan sederhana dan penuh makna. Warna pink pun kini menjadi representasi perlawanan yang berpijak pada nilai kemanusiaan. Simbol ini mengajarkan bahwa setiap individu, tanpa memandang latar belakang, memiliki kekuatan untuk menyuarakan kebenaran.

Hero Green: Harapan dari Duka

Helm hijau yang dipakai Affan untuk mencari nafkah sebagai pengemudi ojek daring, menjadi simbol harapan.

(Sumber gambar:  x.com/emnuy)

Simbol "Hero Green" terinspirasi dari jaket dan helm hijau milik Affan Kurniawan, pengemudi ojek daring yang tewas tragis dilindas kendaraan taktis Brimob. Kematian Affan menjadi luka kolektif yang menyulut kemarahan publik, tetapi juga melahirkan harapan akan perubahan. Warna hijau, yang melekat pada jaket dan helmnya, menjadi lambang kehilangan sekaligus kekuatan yang muncul dari tragedi. Warganet mengadopsi "Hero Green" dengan mengganti foto profil mereka menggunakan filter hijau, membagikan ilustrasi, dan menciptakan pesan visual untuk menuntut keadilan sosial.

Makna "Hero Green" adalah perpaduan antara duka dan harapan. Warna hijau mencerminkan semangat pantang menyerah untuk memperjuangkan keadilan, sekaligus penghormatan kepada mereka yang telah menjadi korban ketidakadilan. Simbol ini mengingatkan bahwa perubahan tidak hanya lahir dari kemarahan, melainkan juga dari solidaritas dan komitmen untuk memperbaiki sistem yang rusak.

Harmoni Simbol dan Narasi Visual

Kekuatan "17+8", "Brave Pink", dan "Hero Green" terletak pada harmoni narasi visual yang diciptakan. "Brave Pink" dan "Hero Green" pun saling melengkapi: pink melambangkan keberanian yang lembut dan inklusif, sementara hijau mewakili harapan yang lahir dari duka. Kombinasi keduanya membentuk bahasa visual yang kuat, yang tidak hanya menyentuh nurani tetapi juga mampu menyatukan berbagai lapisan masyarakat. Sementara itu, "17+8" memberikan kerangka konkret untuk menyalurkan aspirasi tersebut ke dalam tuntutan yang jelas dan terukur.

Ketiga simbol ini menunjukkan bagaimana media sosial telah mengubah wajah perjuangan rakyat. Jika dahulu suara rakyat hanya terdengar di jalanan melalui megafon, kini ia bergema melalui unggahan digital yang mampu diakses oleh jutaan orang. Fenomena ini menunjukkan demokrasi partisipatif yang inklusif, ketika setiap individu memiliki ruang untuk menyuarakan kegelisahan dan harapan bersama.

***

"17+8", "Brave Pink", dan "Hero Green" adalah cermin jiwa rakyat Indonesia yang gelisah tetapi penuh harapan. "17+8" merangkum aspirasi rakyat dalam format sederhana yang memantik , sementara "Brave Pink" dan "Hero Green" memberikan wajah emosional pada perjuangan tersebut. Ketiganya menunjukkan bagaimana kegelisahan kolektif dapat diterjemahkan menjadi simbol-simbol yang kuat, yang tidak hanya menyuarakan kemarahan tetapi juga menawarkan visi perubahan. Di era digital ini, ketiga simbol ini telah menjadi bahasa baru politik rakyat, mengajak setiap individu untuk turut serta dalam menagih janji kemerdekaan dan keadilan.