Kemenangan Bersejarah Crystal Palace di Piala FA

Crystal Palace berhasil menjadi juara Piala FA musim 2024/25.
(Sumber gambar: x.com/EmiratesFACup)

Pada 17 Mei 2025, Crystal Palace mencetak sejarah dengan memenangkan trofi bergengsi pertamanya, Piala FA, setelah mengalahkan Manchester City dengan skor 1-0 di Stadion Wembley. Kemenangan ini tidak hanya membawa trofi Piala FA ke Selhurst Park untuk pertama kalinya, tetapi juga mengamankan tempat di Liga Europa, sebuah pencapaian luar biasa bagi klub yang telah lama menanti momen ini.

Perjalanan Menuju Juara

Crystal Palace menunjukkan kekuatan mereka sebagai tim yang mampu menampilkan tekanan dan melancarkan serangan balik yang mematikan sepanjang turnamen. Di perempat final dan semifinal, mereka berhasil menang dengan skor masing-masing 3-0 meskipun hanya menguasai bola sebesar 30%. Pola ini terulang di final melawan Manchester City. Selama 15 menit pertama, City mendominasi penguasaan bola hingga 88%, membuat Palace tertekan di wilayah mereka sendiri. Namun, di bawah asuhan pelatih Oliver Glasner, tim ini tetap tenang, bertahan dengan solid, dan menunggu kesempatan untuk menyerang.

Kesempatan itu akhirnya tiba. Dalam sebuah serangan balik yang brilian, Palace hanya membutuhkan sembilan sentuhan selama 13 detik untuk membelah pertahanan City dari ujung ke ujung lapangan. Serangan dimulai dari Chris Richards di dekat bendera sudut, dilanjutkan oleh Jean-Philippe Mateta yang menguasai bola dengan dada dan memberikan umpan kepada Daichi Kamada. Mateta kemudian kembali menerima bola dan mengirim umpan kepada Daniel Munoz, yang berlari kencang di sisi kanan sebelum mengirimkan umpan silang rendah ke kotak penalti. Eberechi Eze, dengan kecepatan maksimal, menyelesaikan serangan tersebut dengan tendangan voli yang sempurna, mengelabui kiper Stefan Ortega. Gol ini menjadi pukulan telak bagi City dan menegaskan keunggulan Palace dalam memanfaatkan serangan balik.

Penyelamatan Gemilang Dean Henderson

Selain gol Eze, kemenangan Palace juga ditopang oleh penampilan luar biasa kiper Dean Henderson. Di babak pertama, Henderson menghadapi momen krusial ketika ia berhasil menyelamatkan tendangan penalti dari Omar Marmoush, sebuah keputusan yang diambil setelah pelanggaran sembrono oleh Tyrique Mitchell terhadap Bernardo Silva. Henderson tidak hanya menghentikan penalti tersebut, tetapi juga dengan cepat bangkit untuk memotong upaya Erling Haaland yang mencoba memanfaatkan bola rebound. Selain itu, ia melakukan beberapa penyelamatan penting lainnya, termasuk saat menghadapi Haaland yang nyaris mencetak gol. Konsistensinya ketika menghadapi situasi sulit, ditambah dengan 11 clean sheet musim ini, menjadikannya salah satu pahlawan utama dalam kemenangan ini.

Taktik Guardiola yang Tidak Berhasil

Di sisi lain, kekalahan Manchester City juga dipengaruhi oleh keputusan taktis Pep Guardiola. Untuk pertama kalinya, Guardiola memulai pertandingan dengan trio Kevin De Bruyne, Omar Marmoush, dan Erling Haaland dalam susunan yang sama. Namun, ia memilih untuk tidak menggunakan gelandang bertahan, sebuah keputusan yang meninggalkan celah di lini tengah City. Ketika Palace melancarkan serangan balik, De Bruyne tidak mampu menghentikan pergerakan Mateta. Eksperimen taktis ini mengingatkan pada kekalahan City di final Liga Champions 2021 melawan Chelsea, ketika Guardiola juga mengabaikan gelandang bertahan seperti Fernandinho. Meskipun City menciptakan peluang dan mendominasi penguasaan bola, kelemahan mereka dalam transisi pertahanan dimanfaatkan dengan baik oleh Palace.

Makna Kemenangan bagi Crystal Palace

Kemenangan ini adalah pencapaian terbesar dalam sejarah Crystal Palace. Setelah menghadapi berbagai kesulitan, termasuk nyaris dilikuidasi pada 2010, trofi ini menjadi simbol kebangkitan klub. Bagi para suporter yang pernah menyaksikan masa-masa sulit, seperti hari terakhir musim 2009/10 di Hillsborough, momen ini merupakan luapan emosi yang telah lama tertahan. Lebih dari sekadar trofi, kemenangan ini juga membuka pintu bagi mereka untuk bermain di kompetisi Eropa yang telah lama dinantikan, setelah mereka pernah kehilangan kesempatan pada 1991 meski menempati posisi ketiga di liga.

Keberhasilan ini juga memiliki efek jangka panjang. Dengan trofi Piala FA di tangan, Palace kini berada di posisi yang lebih kuat untuk mempertahankan Oliver Glasner, yang dianggap sebagai manajer terbaik dalam sejarah klub, serta para pemain kunci seperti Eze dan Henderson. Selain itu, prestasi ini akan menarik bakat-bakat baru untuk bergabung, sehingga meningkatkan daya saing klub di masa depan.

***

Kemenangan Crystal Palace atas Manchester City di final Piala FA 2025 adalah bukti nyata dari kerja keras, strategi matang, dan semangat pantang menyerah. Gol Eberechi Eze dan penyelamatan Dean Henderson menjadi sorotan utama, sementara kelemahan taktis Manchester City mempertegas keunggulan Palace dalam memanfaatkan peluang. Bagi klub dan suporternya, trofi ini bukan hanya sebuah kemenangan, melainkan juga awal dari babak baru yang penuh harapan. Setelah bertahun-tahun menanti, Palace akhirnya merayakan kesuksesan yang telah lama mereka impikan.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.