Tingkat Kebahagiaan di Denmark


Setiap orang memiliki standar kebahagiaannya masing-masing. Ada yang bahagia karena bisa bertemu sang idola, bahagia karena makan makanan favorit, bahkan ada juga yang bahagia karena tak sengaja menemukan uang di saku celana sendiri yang baru dicuci. Dari hal itu, bisa dikatakan bahwa mencari kunci kepuasaan hidup memang cukup sulit dipahami. Namun, dalam buku yang ditulis Helen Russell berjudul The Year of Living Danishly: Uncovering the Secrets of the World's Happiest Country, pembaca diajak untuk mengeksplorasi pendekatan unik dari masyarakat Denmark terhadap kebahagiaan. Melalui kisah pribadi dan penelitian yang dilakukannya, Helen menjelaskan rahasia di balik tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat Denmark yang tinggi secara konsisten. Kemudian, saya mencoba mencari tahu bagaimana cara hidup orang Denmark bisa memberikan pelajaran bermanfaat bagi orang-orang yang tinggal di luar negara yang terkenal akan Lego-nya ini.

Seorang perempuan sedang membaca buku di kursi santainya, sebagai salah satu contoh gaya hidup "hygge".
(Sumber: pexels.com)

Masyarakat Denmark memiliki konsep kebahagiaan bernama hygge (diucapkan "hoo-gah"), sebuah istilah yang merangkum tentang kebersamaan, kenyamanan, dan rasa sejahtera. Helen menjelaskan hygge sebagai gaya hidup dalam menciptakan kehangatan, kepuasan, dan keintiman dalam aktivitas sehari-hari, baik itu bersantai sambil membaca buku di sofa, makan berdua dengan orang terkasih, atau pergi berjalan-jalan menikmati keindahan alam. Hygge menekankan pentingnya memupuk hubungan yang bermakna, menghargai kebahagiaan dari hal-hal sederhana, dan memprioritaskan pengalaman daripada harta benda.

Ilustrasi seseorang yang menikmati keseimbangan antara kehidupan dan bekerja.
(Sumber: pexels.com)

Salah satu hal mendasar yang berkontribusi terhadap kebahagiaan masyarakat Denmark adalah mereka sangat menjaga keseimbagan antara kehidupan dan bekerja (work-life balance). Di negara tersebut, para karyawan memiliki kebijakan cuti yang lebih lama, jam kerja yang fleksibel, serta rata-rata hari kerja yang lebih pendek daripada di negara-negara lain. Helen pun menyoroti komitmen masyarakat Denmark terhadap waktu luang dan relaksasi, yaitu dengan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk dihabiskan bersama keluarga, hobi, dan bersosialisasi. Dengan memprioritaskan waktu di luar pekerjaan, masyarakat Denmark bisa secara cepat memulihkan tenaga, mengejar kepentingan pribadi, dan memelihara hubungan mereka dengan orang-orang terdekat—yang semuanya adalah unsur penting bagi manusia yang ingin mendapatkan hidup bahagia.

Ilustrasi masyarakat yang terlibat dalam komunitas sosial.
(Sumber: pexels.com)

Di samping itu, rasa kebersamaan masyarakat Denmark terhadap komunitas di sekitarnya sangat kuat sehingga berperan penting dalam membangun kebahagiaan. Helen mengamati bahwa tingkat kepedulian masyarakat yang erat kepada lingkungannya di mana penduduk bisa berkumpul untuk makan bersama, merayakan momen-momen penting, dan saling mendukung. Selain itu, masyarakat Denmark percaya kepada pemerintahnya yang bisa dibuktikan dengan tingkat korupsi yang rendah, sehingga negara juga berkontribusi untuk menciptakan rasa aman dan rasa saling memiliki. Meskipun pajak di negara ini relatif besar, para pemegang kebijakan bisa memanfaatkannya untuk membangun infrastruktur secara maksimal sebagai tanggung jawab kolektif terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Pemandangan di sebuah kawasan di Denmark.
(Sumber: pexels.com)

Helen juga menjelaskan pandangan masyarakat Denmark terhadap uang dan kekayaan materi lainnya, yang berbeda dari budaya konsumerisme yang biasa ditunjukkan di kebanyakan negara Barat. Walaupun masyarakat Denmark memiliki standar hidup yang tinggi, mereka kurang menekankan pada konsumsi yang berlebihan dan lebih memperhatikan tentang kualitas hidup. Bisa diartikan bahwa daripada mengejar harta benda yang tidak ada habisnya, mereka memilih untuk berinvestasi pada pengalaman, aktivitas sosial, dan sistem pendidikan yang terbukti nyata berkontribusi terhadap kesejahteraan bagi banyak orang. Dengan bergesernya pola pikir ini, memungkinkan masyarakat Denmark mendapatkan kepuasaan dari sumber yang hanya bisa dirasakan secara emosional, seperti menjalin hubungan dengan orang terkasih, mengembangkan keterampilan pribadi, dan terlibat dalam kegiatan di komunitas sekitarnya.

Sosok Helen Russell sebagai penulis buku The Year of Living Danishly: Uncovering the Secrets of the World's Happiest Country.
(Sumber: dontbuyherflowers.com)

Lebih lanjut, karena Helen adalah seorang jurnalis, maka ia pun menghadirkan tokoh atau pejabat negara untuk diwawancarai. Jadi, informasi tentang kebijakan atau tradisi di Denmark bisa didapat secara kredibel. Pada akhir wawancara, untuk memastikan tingkat kebahagiaan masyarakat Denmark, Helen sering bertanya, "Dari satu sampai sepuluh, seberapa bahagiakah Anda?". Rata-rata, narasumber yang menjawab akan memberikan nilai delapan sampai sembilan, sehingga membuat Helen semakin yakin tentang tingkat kebahagiaan masyarakat Denmark yang begitu tinggi. Meskipun demikian, hal-hal yang dijelaskan di sini bukan hanya yang positif, melainkan digali juga kekurangan atau hal negatif ketika hidup di Denmark, salah satunya adalah tingkat perceraian yang tinggi.

***

Dapat disimpulkan bahwa buku The Year of Living Danishly memberikan sekilas rahasia kebahagiaan masyarakat Denmark. Melalui gaya hidup hygge, keseimbangan antara kehidupan dan bekerja, keterlibatan di komunitas, serta kesetaraan sosial, Helen mengungkapkan prinsip-prinsip yang mendasari kesejahteraan negara yang terkenal akan Lego-nya ini. Ketika individu dan masyarakat bisa bersatu untuk membangun hidup yang bahagia, ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari pendekatan hidup ala Denmark. Dengan mempraktikkan cara masyarakat Denmark, yaitu memprioritaskan hubungan, memanfaatkan waktu luang, dan kesetaraan sosial, kita dapat memupuk kebahagiaan dan kepuasaan hidup yang lebih baik, sehingga akhirnya dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih bahagia dan sehat bagi generasi selanjutnya.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.