Itu adalah siang yang cerah karena matahari tanpa ragu menampakkan sinarnya ke Bumi. Sedangkan, itu gue, sedang selesai mandi kemudian memakai baju dan celana yang dipakai dengan rapi karena hari itu ada jadwal seminar dan pembagian dosen pembimbing di kampus.

Tengnong!

Oh, ada suara yang tiba-tiba bunyi. Tenang, itu adalah suara ponsel gue yang menandakan bahwa ada pesan WhatsApp masuk.

“Gung, lu jadi MC ya buat seminar hari ini? Nemenin Fatimah,” kurang lebih seperti itu isi pesannya dari teman gue bernama Ayif.

Gue berpikir sebentar. Akhirnya, gue menjawab:

“Oke, Yif. Tapi, gue gak ada jas almamater nih di kosan. Soalnya gue tinggal di rumah.”

“Tenang, pake pakaian yang mana aja, asal rapi. Jangan lupa, mulainya jam satu siang ini.”

Bulan Maret 2016 sudah datang, itu berarti jika dilihat dari sisi akademik kampus, menandakan telah dimulainya semester baru. Gue yang sudah mulai masuk kuliah sejak September 2012, berarti gue sudah masuk ke semester delapan. Wow.

Di semester delapan, bisa dibilang adalah semester penentuan dari hasil semester satu sampai tujuh karena tugas penyusunan skripsi dimulai di semester ini. Berkas-berkas sebagai persyaratan penyusunan skripsi sudah gue kumpulkan ke bagian akademik, sehingga saat ini gue hanya menunggu pengumuman dosen yang akan menjadi pembimbing. Sayangnya, kepala jurusan di fakultas masih mengundur-undur pengumuman tersebut karena seharusnya penentuan dospem sudah dilaksanakan pada 7 Maret 2016 kemarin.

Kemudian, karena sudah gak ada matakuliah yang dilaksanakan di ruang kelas, menjadikan gue saat ini jarang datang ke kampus, kecuali hanya untuk mendapatkan informasi mengenai penyusunan skripsi. Apalagi saat datang ke kampus, gue sudah merasa asing dengan kondisinya karena gue adalah angkatan paling tua, sehingga para mahasiswi di sana sudah banyak yang kurang gue kenal, jadi lumayan susah buat nge-PDKT-in mereka. Haha.

Selain itu, ada yang berubah juga pada pemandangan di kampus, yaitu lahan parkir yang sudah mulai teratur. Di semester sebelumnya, kondisi parkir bisa dibilang kurang enak dilihat, sehingga jalan utama menjadi sempit untuk dilalui. Namun, karena pembangunan gedung baru sudah selesai dan mulai dioperasikan sebagai tempat parkir, kondisi jalan pun menjadi lebar dan nyaman untuk dilalui sekarang.

Ya, ini adalah semester penentuan bagi gue dan teman-teman seangkatan lainnya. Semoga kami bisa selalu dikuatkan dan dijauhi dari rasa malas untuk menyusun skripsi. Amin.

“Ada batasnya ketika merindukan seseorang.”

Mungkin itu terdengar seperti perkataan orang pesimis. Ya, ketika melihat keadaan di sekelilingnya sudah gak mendukung, lantas dia merasa putus asa dalam melakukan suatu hal. Dalam hal ini adalah “rindu”. Gak ada yang salah untuk merindukan seseorang, asal si perindu memang rela dirinya merindukan seseorang yang─setelah dia selidiki─kemungkinan besar gak akan balik merindukannya.

Jadi, langsung saja ke inti. Sekitar dua hari ini, gue sedang rindu kepada seorang perempuan. Merindukan dia yang dulu, dia yang masih akrab dengan gue dan suka sering mengobrol secara tatap muka atau lewat smartphone. Akan tetapi, ternyata waktu telah membuat kami berubah. Dan akhirnya, kami sudah gak seakrab dulu lagi. Sekarang, dia (gue rasa) sudah bahagia dengan pacarnya. Dan, itu adalah alasan mengapa gue membatasi rasa rindu yang muncul kepada dirinya.