3 Sudut Pandang dalam Novel 'The Lost Bookshop'


Novel berjudul The Lost Bookshop karya Evie Woods ini memiliki tiga sudut pandang yang berbeda dari tiga karakter utamanya, yaitu Opaline Carlisle, Martha Winter, dan Henry Field. Opaline hidup di tahun 1920-an, sedangkan Henry dan Martha hidup di masa kini.

Opaline merupakan sosok perempuan mandiri asal Inggris yang kabur dari rumah karena tidak ingin dijodohkan dengan lelaki pilihan ibu dan kakak laki-lakinya. Sejak ayahnya meninggal, ia merasa kesepian dan berpikir perempuan di zamannya tidak bebas memiliki pilihan pribadi untuk menjalani hidup. Lantas, ia pergi ke Prancis dan mengenal seorang penjual buku bernama Sylvia Beach (tokoh nyata) si pemilik Shakespeare and Company. Dari Sylvia, Opaline jadi belajar tentang usaha perbukuan dan berharap ia bisa membuka toko buku miliknya sendiri.

Harapan tersebut terkabul ketika Opaline melarikan diri ke Dublin, Irlandia, akibat kakaknya yang masih terus mencarinya. Di sana, ia menyewa toko buku terbengkalai akibat pemiliknya meninggal dunia. Karena toko tersebut sudah memiliki bangunan yang cocok untuk membuka usaha buku, Opaline hanya memperbaiki dan menghiasnya lagi agar sesuai yang ia inginkan. Beberapa bulan kemudian, toko bukunya pun cukup ramai dikunjungi pelanggan. Selain itu, karena ia adalah penggemar novel Brontë bersaudara, ia ingin membuktikan apakah novel kedua Emily Brontë itu hanya rumor atau sungguh ada.

Martha merupakan perempuan yang juga kabur dari rumah akibat suaminya suka melakukan KDRT. Ia pergi ke Dublin, Irlandia, supaya ia tidak berada di kawasan di mana suaminya bisa menemukannya. Ia pun mendapatkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah milik perempuan tua bernama Mrs. Bowden. Ternyata, di rumah tersebut, Martha akan menemukan misteri tentang toko buku yang hilang dan bagaimana ia bisa mengembalikan kepercayaan dirinya untuk kembali berkuliah dan menikmati buku-buku yang ia baca.

Henry adalah lelaki yang tidak akur dengan ayahnya yang kecanduan alkohol. Selain itu, ia juga seorang mahasiswa yang sedang melakukan riset tentang naskah Emily Brontë dan toko buku yang hilang. Toko buku tersebut diduga berada di Ha'penny Lane, Dublin, yang ternyata adalah tempat di mana Mrs. Bowden dan Martha tinggal. Dari penelitian tersebut, Henry tak menyangka akan bertemu Martha dan mulai mencintainya. Meskipun hubungan mereka awalnya cukup kompleks, mereka pun bisa menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selain itu, mereka juga akan menelusuri tentang misteri toko buku yang hilang bersama-sama.

Dari ketiga tokoh tersebut, saya jadi mengikuti latar belakang dan konflik masing-masing yang nanti akan saling berhubungan. Di samping itu, dengan banyaknya referensi karya sastra, novel ini kemungkinan besar akan disukai para bibliofil. Novel ini pun memiliki tema tentang kisah cinta, fiksi sejarah, misteri, dan realisme magis.

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.