Bersilaturahmi ke Tempat KKN

Sumber gambar: tumblr

Silaturahmi itu penting. Seenggaknya bagi kita yang masih mempunyai waktu untuk berjumpa dengan teman atau keluarga yang sudah lama gak kita temui. Dan, dari pernyataan itu, gue dan beberapa teman kelompok Kuliah Kerja Nyata berencana untuk mengunjungi desa tempat kami melakukan kerja sosial setahun yang lalu sekaligus bersilaturahmi dengan penduduk desanya. Yang belum tahu kisah KKN gue, bisa dibaca di sini.

Kunjungan ke desa, kami laksanakan pada Sabtu (6/8/2016) lalu. Saat itu dari delapanbelas anggota, yang bisa datang adalah Anis, Bilqis, Deny, Dityan, Dwi, Faizal, Ithessa, Karina, Nanda, Novi, dan gue karena yang gak bisa ikut sudah punya jadwal acara yang gak bisa ditinggal dan ada yang gak ada kabar. Dari grup Whatsapp, kami memutuskan untuk janjian di kampus supaya bisa berangkat bersama-sama. Jadi, kami ke sana menggunakan mobil pribadi, yaitu mobilnya Deny dan mobil pacarnya Nanda.

Sekitar pukul sembilan kami berangkat. Cuaca cerah menemani kami selama di perjalanan. Gue, yang ikut di mobilnya Deny, bersama Bilqis, Dityan, Faizal, Ithessa, dan Karina berusaha untuk meramaikan suasana di dalam supaya Deny yang menyetir gak merasa bete. Hehe. Gak terasa selama sekitar satu-setengah jam kami bercanda-canda, ternyata kami sudah melalui perjalanan dan bisa dilihat lewat kaca mobil bahwa kami sudah memasuki daerah Desa Pasirgintung.

Kedua mobil pun diparkir di depan rumah yang dulu menjadi tempat tinggal kami selama sebulan. Melihat kondisinya sekarang, ternyata banyak rumput liar yang tumbuh di depannya. Begitu juga dengan keadaan di sekeliling, sudah lumayan banyak yang berubah. Bahkan, warung sembako di depan bekas Rumah KKN kami, sekarang sudah berganti menjadi warung gado-gado dan ketoprak.

Tujuan kami yang pertama adalah ke sekolah tempat kami pernah menjadi tenaga pengajar di sana. Saat sampai di sana, ternyata para murid SD yang gak sengaja melihat kedatangan kami, mejadi heboh di kelas. Maksud heboh di sini adalah mereka senang dengan kehadiran kami. 

“KAKAAAAK!!! KAKAAAK!!! TEMEN-TEMEN, ADA KAKAK ‘KKN’ DI LUAAAR!!!” kurang lebih seperti itu yang mereka katakan dari dalam kelas.

Mendengar teriakan itu, kami jadi merasa gak enak kepada para guru karena sudah membuat suasana kelas menjadi kurang kondusif. Tapi di sisi lain, kami merasa bahagia dengan sambutan dari mereka karena itu menandakan bahwa mereka masih ingat dengan kami.

Lalu, kami bersilaturahmi dengan para guru di kantor. Mereka menyambut baik kedatangan kami kembali ke sekolah mereka. Dan, mereka mengizinkan kami untuk masuk ke ruang kelas supaya kami bisa bersilaturahmi dengan murid-murid di sana. Sesampainya di dalam kelas, kami pun bertanya kepada mereka,

“Adek-adek, kalian masih ingat sama kami, kan?”

“Iya, masih, kaaak!!!” jawaban serentak dari mereka yang agak malu-malu.

“Emangnya kami siapa, hayooo?”

“Kakak-kakak KKN!!!”

Wah, ternyata mereka memang masih ingat dengan kami. Namun, saat ditanya kepada beberapa dari mereka tentang nama kami, mereka ada yang sudah lupa. Wajarlah, sudah setahun kami gak bertemu.

Selain itu, kami juga mengunjungi para pedagang dekat sekolah karena kami rindu dengan jajanan yang dijual di sana. Dan, jajanan yang paling terkenal bagi kami adalah papeda. Bagi yang belum tahu, papeda adalah makanan ringan yang dibuat dari campuran sagu, telur, dan bubuk cabai yang kemudian digulung-gulung di penggorengan. Karena beberapa di antara kami adalah penggemar berat jajanan tersebut, kami pun sampai menghabiskan Rp25.000 untuk membelinya─dengan harga satuannya Rp1000.

Sekitar satu jam kemudian, karena cuaca yang benar-benar panas saat itu, kami membatalkan rencana untuk berkeliling desa dengan jalan kaki, sehingga tujuan kami selanjutnya adalah bersilaturahmi dengan salah satu tokoh desa sekaligus pemilik rumah tempat tinggal kami selama KKN, yaitu Pak Aan.

Sesampainya di Rumah Pak Aan, beliau juga menyambut kami dengan baik dan senang karena kami masih tetap berkunjung ke desa, meskipun kegiatan KKN sudah selesai.

Di sana, obrolan yang paling berkesan adalah saat beliau menceritakan tentang suasana rumah yang pernah menjadi tempat tinggal selama kami ber-KKN.

“Itu rumah, semenjak kalian pergi, jadi gak begitu keurus. Ya, ada sih waktu itu dua kali pernah ada yang nyewa lagi, tapi cuma sebentar. Jadi aja sekarang kotor banget di dalamnya dan banyak rumput numbuh,” kata Pak Aan sambil menunjuk ke rumah tersebut.

Gak lama kemudian, kami pun diajak oleh beliau masuk ke bekas Rumah KKN kami. Dan benar, di dalamnya bisa dilihat debu di mana-mana dan ada beberapa kotoran kambing di sudut-sudut karena terkadang pintunya dibuka oleh beliau saat siang hari. Begitu juga di lantai dua, ternyata masih sama seperti setahun lalu, kamar-kamarnya masih setengah jadi dan gelap.

Setelah tur singkat ke bekas Rumah KKN kami, gak lama kemudian kami memutuskan untuk pulang karena beberapa di antara kami masih ada yang punya urusan lain. Kami berpamitan kepada beliau dan berjanji bahwa kami akan berkunjung ke sana lagi.

***

Ya, semoga hubungan silaturahmi kami dengan penduduk desa bisa selalu terjaga sampai selamanya karena dari sanalah salah satu pengalaman hidup mengesankan kami berawal.

Inilah beberapa foto saat kami berkunjung lagi ke Desa Pasirgintung:

Bersama para guru di kantor






***

Bertemu dengan murid-murid SD yang pernah kami ajar









***

Suasana di tempat jajanan dekat sekolah yang kami kenal dengan Papeda-nya









***

Di kediaman Pak Aan


Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.