Tiga Aplikasi Chatting yang Sering Gue Gunakan

Ilustrasi seseorang sedang menggunakan aplikasi chatting.
(Sumber gambar: freepik.com)

Kemajuan teknologi semakin hari semakin pesat. Bahkan, jika gue menengok ke masa sepuluh tahun lalu, memiliki ponsel adalah suatu barang yang mewah. Sebaliknya, zaman sekarang ponsel adalah barang yang bisa dibeli dengan harga yang terjangkau, sehingga manusia lebih mudah berkomunikasi dengan sesamanya di jarak yang sangat jauh. Ditambah lagi dengan munculnya internet dan smartphone dengan aplikasi-aplikasi canggih di dalamnya, membuat dunia ini terasa menjadi semakin "kecil".

Di postingan kali ini, gue mau membahas tentang beberapa aplikasi yang ada di smartphone. Aplikasi tersebut adalah pengganti dari layanan SMS yang sudah ada di dalam ponsel, sehingga dengan biaya yang terjangkau karena paket internet, memudahkan kita untuk bisa saling berhubungan dengan manusia lain di berbagai belahan bumi.

Cerita sedikit, jadi pada zaman ketika internet belum booming seperti sekarang, SMS adalah layanan praktis untuk berhubungan dengan seseorang yang jauh di sana. Meskipun begitu, tarif SMS masih terbilang cukup mahal. Iya, bagi gue yang saat itu masih menjadi pelajar SMP, tarif Rp350 sekali kirim SMS adalah harga yang bisa membuat uang jajan gue tipis kalau menggunakannya secara terus menerus. Bayangin aja, jika dalam sehari gue bisa menghabiskan sepuluh kali SMS, berarti sudah Rp3.500 uang gue terpakai. Bahkan, saat itu uang jajan gue Rp1.500 sehari. Wah, cukup susah juga ya kalau mau nge-PDKT-in perempuan via SMS saat itu. Untungnya, zaman telah berubah ke arah yang lebih baik, jadi sekarang ada aplikasi-aplikasi berguna untuk berkomunikasi dengan menggunakan internet.

Oke, langsung aja gue ceritakan tiga aplikasi yang gue pakai sebagai pengganti SMS yang telah membuat gue menjadi manusia modern.

1. WhatsApp

Gue memakai smartphone sudah satu tahun lebih, tepatnya pada awal Maret 2014. Alasan gue memutuskan untuk memakai smartphone adalah karena ponsel lama gue dulu adalah ponsel biasa yang gak bisa diisi aplikasi-aplikasi canggih. Dan, salah satu aplikasi canggih itu adalah WhatsApp. Iya, kebanyakan teman sekelas gue di kampus sudah memiliki smartphone dan menggunakan WhatsApp untuk bertukar atau menyampaikan informasi tentang tugas dan urusan kampus lainnya. Karena gue gak mau menjadi manusia tertinggal, akhirnya gue meninggalkan ponsel layar sentuh lama gue bermerek G-Von dan menggantinya dengan smartphone bermerek Samsung.

Sumber gambar: freepik.com
Ya, benar saja. Setelah memakai Whatsapp, gue jadi lebih mudah mendapatkan informasi. Untuk berkomunikasi dengan teman-teman pun juga menjadi lebih cepat. Apalagi ditambah fitur yang bisa membuat grup sesuai dengan tema yang ingin dibahas, membuat WhatsApp menjadi aplikasi yang sangat direkomendasikan untuk di-install.

Menengok ke belakang, saat gue masih menggunakan SMS untuk menyampaikan pesan ke teman yang sudah menggunakan WhatsApp, pesan gue jarang dibalas. Alasannya, dia gak mempunyai pulsa. Melakukan PDKT ke perempuan yang menggunakan WhatsApp pun juga susah kalau gue masih menggunakan SMS, pesan gue jarang dibalas karena alasan yang sudah gue sebutkan sebelumnya. Dengan begitu, setelah gue memakai WhatsApp, gue jadi bisa melakukan PDKT dengan lancar asal jaringan internetnya juga lancar, meskipun terkadang hasil PDKT gue gak sesuai harapan. Hiks.

Mengenai grup WhatsApp, gue tergabung di beberapa grup yang memiliki fungsi masing-masing. Satu grup untuk berbagi informasi segalanya dan gak dibatasi dengan syarat apapun karena grup tersebut bisa dibilang grup liberal yang diisi oleh gue dan empat orang teman dekat lainnya, kemudian beberapa grup lain untuk berbagi informasi mengenai tugas dan kegiatan penting di kampus, serta informasi mengenai organisasi kampus yang gue ikuti.

Intinya, WhatsApp adalah aplikasi utama yang selama ini sering gue pakai untuk memudahkan dalam bertukar informasi.

2. Blackberry Messenger

Gue mengenal Blackberry Messenger (selanjutnya BBM) pada awal 2010. Saat itu beberapa teman gue yang menggunakan Blackberry (selanjutnya BB) sangat disegani oleh warga sekitar. Iya, karena BB adalah smartphone keren pada masa itu. Bahkan, muncul fatwa yang dibuat oleh pengguna BB yang isinya:

“Barang siapa yang menggunakan smartphone Blackberry, maka dia adalah anak gaul. Apalagi melakukan chat via BBM, ketampanan atau kecantikanmu meningkat drastis.”

Entah apa hubungannya, yang pasti saat itu gue merasa gak peduli dan tetap menggunakan SMS sebagai layanan bertukar informasi. Meskipun godaan untuk mengganti ponsel biasa menjadi BB pernah ada, gue menahan godaan tersebut karena harga BB saat itu masih sangat mahal bagi gue yang malas meminta uang ke orang tua.

Sumber gambar: crackberry.com
Beberapa tahun kemudian, ternyata tingkat keeksisan BB semakin menurun, sehingga membuat BB menjadi jarang dipakai oleh para pemuda masa kini. Bahkan, layanan BBM pun bisa dinikmati oleh pengguna ponsel non-BB. Dan, sejak BBM bisa dipakai oleh smartphone Android, gue jadi bisa menikmatinya. Iya, gue adalah salah satu manusia yang baru merasakan layanan BBM pada 2014 setelah gue mengganti ponsel. 

Kemudian, setelah BBM udah di-install di smartphone gue, gue kira ada sesuatu yang wow yang membuat para pemuda Indonesia saat itu−ketika BB masih berada di puncak kejayaannya−begitu bangga memakainya, ternyata menurut pandangan subjektif gue malah biasa aja. Gue pun jadi benar-benar gak menyesal karena saat masih SMA bisa menahan godaan untuk gak mengganti ponsel biasa gue menjadi BB.

Alasan gue memakai BBM adalah karena kebanyakan teman lama gue saat SD dan SMP jarang memakai WhatsApp, sehingga BBM menjadi aplikasi pilihan untuk bersilaturahmi. Dengan begitu, saat ada teman lama yang menanyakan PIN BB gue, gue bisa dengan cepat memberikannya.

Ya, begitulah BBM dari sudut pandang gue.

3. LINE

Media sosial buatan Jepang ini baru gue install sekitar November 2014. Alasan mengapa gue gak meng-install LINE dari awal gue membeli smartphone adalah karena gue merasa sudah terlalu banyak aplikasi media sosial yang gue install saat itu; jadi dengan WhatsApp atau BBM, gue udah merasa cukup. Namun, karena ternyata sebagian besar teman SMA gue memakai LINE untuk berkomunikasi, jadi gue pun memutuskan untuk meng-install-nya supaya silaturahmi gue dengan teman-teman SMA tetap terjaga.

Sumber gambar: businessinsider.com
Kelebihan LINE dari dua media sosial yang udah gue bahas sebelumnya adalah adanya fitur stiker untuk berkirim pesan, jadi dengan stiker gratis atau berbayar menggunakan koin, pengguna bisa mengirim stiker-stiker tersebut sebagai pengganti kata-kata atau ekspresi. Kalau gue, karena LINE jarang gue pakai, jadi stiker yang gue punya adalah hasil dari gratisan. Hehe.

Mesekipun begitu, yang terkadang membuat gue malas menggunakan LINE adalah jika ada beberapa teman yang mengirim undangan game supaya gue ikut memainkannya. Gue bukannya gak mau menerima, tapi menurut gue, daripada mengundang lewat LINE, lebih baik ngirim undangannya secara langsung, sambil ngopi-ngopi lucu di kafe, misalnya.

***

Nah, itulah tiga aplikasi media sosial yang ada di smartphone gue. Dan, gue pun sekarang jadi jarang menggunakan SMS sebagai media komunikasi via teks.

Intinya, dari aplikasi yang sudah ada saat ini, memudahkan kita untuk bisa saling berhubungan dengan manusia yang tinggalnya sangat jauh. Namun, jangan sampai saat kita sedang berkumpul dengan teman-teman di dunia nyata, malah membuat kita terlalu fokus mengobrol lewat aplikasi chatting dengan seseorang di dunia maya, sehingga teman-teman terdekat kita merasa dianggurin. Gunakanlah aplikasi chatting dengan bijak ya.
Tags

Post a Comment

2 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
  1. Wah sama nih, aku juga cuma 3 aplikasi itu yang dipakai hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, kalo gitu bisa nih kita tukeran pin atau nomor hape, yun. Hehe.

      Delete