Hubungan Backstreet


Jaman SMP dulu, gue pernah punya (calon) pacar. Sebut saja namanya Harum Sari. Ya, walaupun namanya mirip sama merek bedak ketek, tapi si Sari ini merupakan anak yang baik, alim, tidak sombong, rajin menabung, rajin ibadah, dan rajin membersihkan toilet masjid. Dia merupakan anak dari ketua RW setempat yang sangat dihormati. Bokapnya ini mempunyai wajah yang mirip seperti Pak Raden di tokoh boneka ‘Si Unyil’. Bisa terbayang kan gimana tebalnya kumis bokapnya si Sari. Sebenarnya gue juga agak curiga sih, itu kumis atau bulu hidung yang menjalar keluar. Oke, ini mulai random.

Awalnya, hubungan gue dengan Sari berjalan baik, tentram, dan damai. Tapi seketika masalah muncul ketika gue mau main ke rumahnya. Kenapa? Karena gue merasa kalau bokapnya Sari menginginkan anak cewek satu-satunya ini dipacarin sama cowok yang rapi. Sedangkan saat SMP dulu, penampilan gue bisa cukup dibilang sangat memprihatinkan, gue terlihat seperti anak alay yang baru akhil balig, rambut gue masih belah pinggir dikasih poni mirip rambutnya Andika ‘Kanjen Band’ dan kalau gue memakai celana, agak dikebawahin sampai melebihi batas pinggang.

Sebelum malam Minggu tiba, gue sudah diperingatkan oleh Sari agar menjaga kerapian kalau mau main ke rumahnya. Butuh waktu sekitar tiga hari untuk merapikan penampilan gue agar terlihat seperti cowok-cowok keren lainnya. Setelah gue merasa kalau penampilan gue sudah oke, gue pun bergegas pergi ke rumahnya. Sebelum gue pergi, gue meminta doa restu ke Nyokap supaya kalau sampai di sana ternyata gue diusir sama bokapnya Sari, setidaknya gue diusir secara terhormat.

Gue pun sampai di depan pintu rumah Sari. Seperti kebanyakan orang yang ingin sopan lainnya, gue mengetuk pintu rumahnya sambil mengucapkan, “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” meskipun malah terdengar seperti nada orang yang sedang ingin meminta sumbangan.

Kemudian, terbukalah pintu rumah Sari. Gue berharap kalau yang membuka pintu tersebut adalah Sari sendiri, tapi ternyata... harapan tinggallah harapan. Sesosok pria berkumis tebal, bertubuh besar, dan memakai baju hitam pun muncul dari balik pintu. Awalnya gue curiga kalau dia adalah Limbad yang tertukar... tapi karena gue gak mau berpikir terlalu jauh dan bisa-bisa gue diajakin makan paku bareng, pria tersebut menjawab salam gue,

“Waalaikumsalam... Ada perlu apa ya?”

“Permisi Pak RW, na-nama sa-saya Agung. Saya mau bertemu dengan putri bapak yang namanya Sari.” *sambil garuk-garuk rambut*

“Ohh Sari, iya dia ada di dalam. Hemm... memangnya kamu mau ngapain ya dengan putri saya?” *menatap tajam ke mata gue sambil melintirkan kumisnya*

“Umm... anu... itu... saya mau ajak jalan-jalan keluar, Pak.”

“Mau jalan-jalan kemanaaa?” *mendekatkan tatapannya lebih dekat ke muka gue*

“Anu... hemm... itu...” *mulai keringetan*

“Anu itu apa?!” *kumisnya mulai digoyang-goyangkan*

“Umm... Bapak pengen tau aja nih urusan anak muda. Hehehe.” *mengeluarkan senyuman lebar seperti di iklan-iklan pasta gigi, dan bermaksud mengajaknya bercanda*

“HAH?! SARI ITU ANAK SAYA!!! KALO KAMU MAU MENGAJAKNYA JALAN-JALAN, YA SAYA HARUS BERHAK TAU MAU DIAJAK JALAN KE MANA ANAK SAYA INI!!!” Kumis si Pak RW sudah mulai memanjang, gue pun sudah merasa ketakutan kalau tiba-tiba dia berubah menjadi Super Saiya seperti di kartun Dragon Ball.

“Waduh, sa-saya mi-minta maaf, Pak, saya tadi cuma bermaksud untuk bercanda supaya jadi akrab gitu. Sama sekali tidak berniat untuk tidak sopan terhadap bapak. Serius deh. Sekali lagi maafkan saya, Pak,” badan gue sudah panas-dingin dan terasa lemas.

“Hemm... oke kalo begitu, saya maafkan. Saya juga pernah muda, jadi saya tidak ingin membatasi pergaulan kalian anak remaja. Asal jangan sampai kebablasan.”

“Alhamdulillah... terima kasih banyak, Pak. Makasih bangeeet.” *sujud syukur*

“Ada tapinya...,” kata Pak RW sambil menyisir kumisnya yang sudah kembali ke bentuk semula.

“Tap-tapi apa ya, Pak?” *kembali was-was*

“Karena saya ayahnya Sari, jadi saya punya hak untuk memastikan kalo anak saya pergi dengan lelaki yang baik-baik.” *menatap wajah gue dengan tatapan kurang yakin*

“Maksud Bapak gimana? Saya masih kurang paham.”

“Dasar anak muda. Jadi begini... saya ingin menguji kamu, apakah kamu memang termasuk lelaki yang pantas untuk anak saya atau tidak.” Kata Pak RW sambil jalan mondar-mandir secara pelan di depan pintu rumahnya.

*JLEB!*

“Memangnya lelaki yang pantas untuk Sari yang seperti apa ya, Pak?” *mencoba untuk tetap kalem*

“Menurut saya, lelaki yang pantas untuk putri saya adalah... lelaki yang soleh.” Pak RW masih berjalan mondar-mandir secara pelan di depan pintu rumahnya.

*DEG! Mulai speechless*

“Saya ingin tau, apakah kamu bisa membaca Surah Arrahman secara hafal tanpa melihat Alquran?” Pak RW sudah mulai berlari-lari kecil.

*CETAAARRR! Tambah semakin speechless*

“Gimanaaa?” Dan, kali ini ternyata pak RW sudah melakukan salto bolak-balik.

“Ba-baiklah kalo begitu, Pak.”

“Kamu bisa?!” *berhenti salto* *mengakhiri gerakan dengan kepala mendarat duluan di bawah*

“Insyaallah, saya akan mencobanya, Pak.”

“Oh, silahkan... saya siap untuk mendengarkan,” wajah Pak RW sudah menunjukkan ketidaksabarannya.

*Mulai mengambil nafas secara perlahan*

“Bismillahirrahmanirrahim...” Gue pun mulai mengeluarkan keringat dingin dari ketek.

*Pak RW mendengarkan dengan serius dan penuh perhatian*

“Umm... Emmm... Pak liat deh di langit, ada gajah terbang!!! ...Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakaaatuh~” Gue pun langsung lari sekencang-kencangnya dari hadapan Pak RW. Dan, saat itu gue kabur dari rumahnya karena gue belum hafal Surah Arrahman.

Semenjak kejadian itu, gue sudah gak berani main ke rumah Sari dan memunculkan wajah gue ke hadapan bokapnya lagi. Dan tentunya... bokapnya Sari pasti sudah mem-blacklist gue. Tapi gue dan Sari gak mau menyerah begitu saja, kami tetap menjalankan hubungan ini... meskipun harus backstreet.

***

Menurut gue, punya hubungan backstreet itu gak semudah yang gue bayangkan. Kenapa? Karena backstreet harus memaksa kita untuk menjalani sebuah hubungan spesial secara sembunyi-sembunyi. Terkadang, rasa iri seketika muncul ketika melihat pasangan-pasangan lain bisa bergandengan tangan dan ngobrol berdua di tempat umum tanpa harus takut ada yang melihat atau bisa meng-upload foto unyu bareng pasangan di Facebook tanpa harus kena marah orang tua di comment box. Miris? Memang.

Nah, dari cerita suram gue sama Sari di atas, gue jadi berniat untuk membuat postingan tentang hubungan backstreet, sekalian sharing juga sih tentang beberapa macam tipe-tipe backstreet. Siapa tau aja postingan gue kali ini bisa berguna buat kalian yang sedang mengalami hal yang sama.

1. Backstreet di belakang orangtua

Tipe yang satu ini sama seperti pengalaman gue, gue mengalami hubungan backstreet di belakang orang tua. Kalau gue kan memang sudah jelas, melakukan hubungan backstreet karena belum bisa menghafal Surah Arrahman. Tapi menurut gue sih, banyak juga alasan kenapa seseorang itu bisa melakukan backstreet di belakang orang tua. Seperti penelitian yang gue lakukan di TK Famili Sakato, beberapa alasannya adalah sebagai berikut:

- Belum cukup umur
- Beda keyakinan
- Beda ras
- Beda galaksi

Kalau sudah seperti ini, jalan keluar untuk menyelesaikan masalah akan semakin sulit. Pasti harus melakukan usaha yang keras supaya hati orang tua bisa luluh dan akhirnya menyetujui hubungan tersebut. Tapi mau dibilang apa juga, kalau udah cinta ya mau gimana lagi, yang pasti harus diperjuangkan. Cinta kan kita yang menjalani, bukan orang lain yang harus menilai baik atau buruknya cinta tersebut.

2. Backstreet di belakang teman

Penyebab salah satu tipe backstreet ini juga banyak. Bisa karena emang teman-teman gak suka sama pacar kamu gara-gara dia punya latar belakang yang kurang baik, atau bisa juga karena pacar kamu itu adalah mantan teman kamu sendiri yang sudah membuat hati teman kamu sakit. Dan, yang paling tragis adalah... ternyata pacar kamu itu adalah pacar sahabat kamu sendiri yang masih sah, tapi karena kamu dan dia sudah terlanjur saling sayang, terpaksa harus melakukan hubungan backstreet. Yah, cinta memang terkadang bisa membuat seseorang menjadi bodoh. Tapi mau gimana lagi, hati yang sudah memilih seperti itu, bukan logika.

Gue juga sering berpikir, betapa pedihnya kalau pasangan backstreet sedang jalan ke luar, kemudian si cewek melihat teman-temannya dan bilang:

“Ehh di depan ada temen-temen aku, nanti jangan lupa lepasin gandengan kamu ya.”

Atau,

“Nanti kalo tiba-tiba ada temenku lewat, kita duduknya langsung jauhan ya.”

Nyesek? Memang.

3. Backstreet di belakang pacar sendiri

Hah? Maksudnya apa nih backstreet di belakang pacar sendiri? Selingkuh dong maksudnya?

Secara tidak langsung memang jawabannya seperti itu. Kemungkinan pelaku pasangan backstreet ini awalnya hanya teman curhat, mereka selalu curhat tentang pacarnya masing-masing, tapi karena sudah terlalu nyaman kalau curhat dengan si doi, tiba-tiba rasa sayang pun muncul.

Inilah bahayanya kalau pacar mempunyai teman curhat lawan jenis. Seperti yang gue katakan dari awal, cinta memang terkadang bisa membuat orang jadi lupa diri. Teman yang awalnya hanya untuk meminta pendapat, lama-kelamaan malah menjadi seseorang yang spesial di hati. Mungkin kalau di antara kamu ada yang sedang mengalami kejadian seperti ini, cepat-cepatlah membuat keputusan. Mungkin saat ini kamu berpikir kalau hubungan backstreet di belakang pacar tuh aman-aman saja, tapi ketahuilah cepat atau lambat hubungan yang ditutupi itu akan ketahuan juga pada akhirnya. Lebih baik jujur tapi terasa sakit atau bohong tapi malah terasa lebih sakit juga pada akhirnya? Life is a choice.

4. Backstreet di belakang hati sendiri

Tipe backstreet yang ini merupakan salah satu tipe yang paling sadis. Kenapa? Karena kamu akan menjalani sebuah hubungan yang disembunyikan dari hati kamu sendiri. Bisa gue bilang, kamu pacaran karena terpaksa, karena korban perjodohan orang tua, atau mungkin karena kasihan. Dan separah-parahnya backstreet dari orang tua, teman, atau pacar, tetap paling gak enak kalau nge-backstreet-in hati kamu sendiri. Karena selain hati, kamu juga udah membohongi perasaan yang kamu punya. Coba aja bayangkan, mencintai seseorang bukan karena pilihan hati, pasti lama-kelamaan akan terasa hambar. Jadi mau sampai kapan? Sampai kamu menyesal dan merasa kalau apa yang kamu lakukan selama ini adalah pilihan yang salah? Nyesek kan? Banget.

***

Intinya, jika ingin membina sebuah hubugan, binalah dengan sewajarnya dan jangan ditutupi. Oke, kali ini cuma segitu yang bisa gue share. Semoga bisa menjadi inspirasi untuk kalian.

Bye~

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.